MuhammadiyahLamongan.com – Pada Desember 2006 lalu adalah penentu embrionya Ponpes Al-Muhajir di Kedungpring. Saat satu persatu nama Tholabah di sebut dalam sidang wisuda beserta tempat pengabdiannya.
Tibalah nama dan tempat pengabdian seorang bernama Muhamad Mandom disebut.
Mandom mendapat amanat pengabdian di Kedungpring Lamongan. Mandompun bergetar karena memorinya teringat akan para huffadz yang pernah silaturahim di Kabupaten Bantul.
Sementara di luar ruang sidang wisuda, telah menunggu PCM dari berbagai daerah untuk menjemput Tholabah yang mereka rekomendasikan ke PUTM PP Muhammadiyah.
Menurut Mandom, perjalanan Yogyakarta menuju kota Lamongan dalam rangka pengabdian diakui terasa begitu mengharukan karena, ustadz Mandom tak sempat berpamitan kepada orang tua.
Hanya saling menguatkan sesama Tholabah ketika tugas menuntut ilmu berlanjut ketugas pengabdian ” Selamat berjuang akhi, di pundak kita ada amanat ilmu yang mesti kita sampaikan ke Ummat” itulah salah satu kalimat yang terucap diantara para Tholabah.
Para Tholabah ini diakui sangat teringat akan ebih nasihat Ustadz Ibnu Zuraimi (Allohu Yarham) yang membuat menguatkan mereka.
“Berapa banyak yang telah lahir dari perut Muhammadiyah, tapi berapa yang mau kembali dan menghidupi Muhammadiyah”.
Berkecamuklah dalam fikiran para santri mengisi deti detik perjalanan menuju tempat tugas baru, termasuk bagi Mandom.
Sejumlah nama, Sukijan, Mudzakir, Sobri dan Eko, merekalah yang telah ‘menculik’ Tholabah untuk menjadi Pengasuh Pondok Al-Muhajir Muhammadiyah. Bukan dengan pola pasulap yang bim salabim. Ponpes Al Muhajir Muhammadiyah dirintis dan dibangun dan sejak tahun berdirinya mengalami suka duka.
Selama 2 tahun pondok tidak mendapat santri. Hingga muktamar seabad Muhammadiyah yang mampu mengeluarkan tidur panjang semua pengurus ponpes.
Assabiqunal awwalun-nya adalah anak-anak SD Muhammadiyah 1 Kedungpring, namun hanya bertahan selama 3 Bulan. Setelah itu pondok kembali sepi. Pembenahan dan evaluasi terus di lakukan hingga saat ini.
Pengasuh dan pendidik adalah alumni PUTM Muhamad Mandom Tholabah asal Demak Jateng. Didampingi seorang istri dari Gunungkidul Yogyakarta Yang sehari-hari bersama santri. Pembelajaran pondok mengadopsi metode pesantren dengan berbagai kitab kuning. Sedang pendidik pondok juga melibatkan PCM setempat. Muhammadiyan tidak pernah lelah dalam berdakwah.(md)