Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Ciri Muhammadiyah : Beraksi bukan Reaksi

“Muhammadiyah diawal gerakannya saat itu adalah aksi, bukan reaksi”, Tutur Mohammad Suud Saat menyampaikan materi dalam Pelatihan Kader Taruna Melati Satu PD IPM Lamongan, Sabtu, 11/11/2017 . Di hadapan 52 peserta pelatihan, beliau menekankan bahwa Muhammadiyah  mampu menjawab tantangan zaman. Sejak awal berdirinya gerakan ini selalu menjadi ujung tombak utama dalam membimbing ummat, khususnya di Kauman, Jogjakarta.  Diantaranya, memberantas kebodohan, kemiskinan, dan kejumudan dalam beragama.

“Muhammadiyah bergerak bukan di ruang kosong, tapi syarat makna”, kata Sekretaris Majelis Tabligh PDM Lamongan. Apa yang di lakukan berorientasi kemajuan, bukan hanya spontan apalagi instan. Ini membuktikan bahwa Muhammadiyah memiliki tujuan kebangsaan dan keummatan.

Sebagaimana yang sejak awal dijadikan pijakan, yakni gerakan Al Maa’un. Sebuah gerakan yang mempu menjawab keluh kesah umat. Berbeda dengan satu gerakan yang reaktif, karena gerakan reaktif mempunyai makna yang menandingi aksi gerakan lain. Gerakan pengekor gerakan lain. Dan bahkan reaksi ini terkadang menghambat aksi dari gerakan lain. Dia hanya bergerak ketika yang lain bergerak, dia diam ketika yang lain diam. Tanpa pernah ada gerakan inovasi dan kreasi.

Karena reaksi maka hasilnya sesaat, dan akan segera hilang dalam peradaban ummat. Apalagi jika gerakan reaksi itu hanya didasari kepentingan pribadi. Sudah pasti akan tertindas oleh egoisme yang berujung pada fitnah. Gerakan reaksi dalam kita fahami dalam konteks visi gerakan saat ini. Misalkan munculnya gerakan tradisional itu karena munculnya gerakan modern. Saat Muhammadiyah mengusung pemikiran tentang islam yang berkemajuan, dengan modernisasi zaman, saat itulah muncul gerakan islam dengan embel-embel tradisional yang berusaha mencegah modernisasi islam yang berkemajuan. “Reaksi inilah yang yang dimaksud dengan gerakan reaksi tanpa aksi” Tandas Muhammad Suud.

Disinilah dapat kita fahami, kenapa munculnya Muhammadiyah selalu bersama dengan perkumpulan orang-orang yang intelektual, karena mereka mampu memahami tentang aksi dalam setiap gerakan untuk memajukan bangsa dan membawa umat pada kesejahteraan yang hakiki sesui dengan apa yang menjadi tujuan muhammadiyah “Menjadi umat Islam yang sebenar-benarnya”.

 

Kontributor : G.S. Cahyono (Sekertaris Majelis Tabligh PCM Modo)

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Pesan Bupati Lamongan, Jangan Salah Pilih Gubenur Jatim

Next Post

Sa’ad Ibrahim ‘Sentil’ Bupati Lamongan

Read next
0
Share