Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Jihad Literasi IPM, Dari Gagap Dan Gugup Menuju Fasih Serta Lancar Berkomunikasi

ipmMuktamar IPM ke 20 di Samarinda yang sebentar lagi akan digelar, mengusung misi baru dalam dunia literasi di indonesia. Gerakan literasi tersebut ditandai dengan diluncurkannya berbagai puluhan buku hasil karya kader kader IPM. Sebut salah satu contohnya adalah karya milik ketua umum IPM, Ipmawan M Khoirul Huda dengan buku Muadzin Muda, juga Sekretaris Umum, Azaki Khoiruddin dengan Demi Pena serta Jihad Literasi milik Fauzan Anwar dan tujuh buku yang lainnya.

Diluncurkannya puluhan buku ini menandakan babak baru Ikatan Pelajar Muhammadiyah di arena literasi Indonesia.  Setelah hal yang sama juga sering digaungkan oleh IPM sejak bersemboyan  “Nun Walqolami wama Yasthurun”. Tentunya, saya teramat bangga dan bersyukur, karena hal ini adalah bagian dari gebrakan baru IPM se Indonesia dalam mengawali Jihad Literasi IPM.

Gerakan literasi IPM yang sudah diawali dengan baik ini tentunya harapan besar saya tidak hanya menguap di meja meja pembahasan. Juga tidak hanya menjadi budaya IPM ditingkat atas tetapi juga menjadi gerakan baru IPM yang dapat diaplikasikan di tingkat bawah (cabang dan ranting). Harapannya hal ini menjadi gerakan yang massif dan khas dari Ikatan pelajar Muhammadiyah dalam mewujudkan pelajar yang berkemajuan di Indonesia.

“Perkembangan tekhnologi informasi yang pesat-terutama setelah kehadiran World Wide Web karya peneliti laboratorium partikel dan nuklir eropa CERN yang semula untuk mengakses hasil percobaan dari sejumlah negara secara real time, 1989- membawa manusia menjelajah dunia maya dalam berbagai bentuk media sosial : Web, blog, Twitter, hingga flickr dan Linkedln,”tulis Agnes Aristiarini dalam artikel menariknya,”media sosial dan kita” (Kompas edisi Rabu, 15 Okt 2014). Ikatan pelajar Muhammadiyah perlu mengambil moment dan peran besar di media sosial sebagai basis dakwah baru yang mengarah pada pengguna yang rata rata di dominasi oleh obyek dakwah IPM yakni pelajar dan remaja.  Maka gerakan literasi ini seharusnya tidak hanya menjadi cita cita, tapi perwujudan nyata dalam ber IPM.

Gerakan literasi, salah satu hal yang paling mendasar dan bisa diterapkan di ranah pelajar adalah konsep mengikat makna, meminjam istilah Hernowo Hasim (Penulis buku Flow di era Socmed dan General Manager Editorial Penerbit Mizan 1997) bahwa inti mengikat makna adalah membaca sederetan teks dan dilanjutkan dengan menuliskan pemahaman atas makna teks tersebut. Dalam buku ‘Flow di era Socmed’ beliau kembali menegaskan konsep mengikat makna (yang juga menjadi salah satu judul bukunya tahun 2001, cet 7) sesungguhnya merupakan sebentuk pelatihan yang dapat melejitkan empat kecakapan berbahasa-membaca,menulis, berbicara dan menyimak-yang juga sebagai empat kemampuan dasar berkomunikasi.

Memang pada dasarnya tidak semua komunikasi mampu memyampaikan informasi dan membentuk pengertian, sebagaimana ditulis Jalaluddin rakhmat dalam Psikologi Komunikasi (1985, h.17). Tetapi mengikat makna minimal mampu menjadi jembatan penghubung komunikasi antara IPM dengan dunia luas. Juga menjadi metode baru bagi seluruh kader IPM dalam mengawal gerakan literasi kedepan pasca Muktamar 20 di samarinda.

Paling tidak, gerakan literasi ini mampu membuat pelakunya mampu mengelola pikirannya dalam berlogika dan berkomunikasi. Sebagaimana disampaikan oleh Renald Kasali -dalam pengantarnya dalam buku Catatan harian Guru : menulis itu mudah (Penerbit Andi,2013)-berlatih menulis yang baik tidak lantas menjadikan seseorang itu menjadi penulis. Latihan menulis akan membuat seseorang mampu mengelola pikirannya dan berlogika dengan baik. Pikiran menjadi tidak terkerangkeng dan secara leluasa dapat berkomunikasi-baik liasan maupun tulisan-secara tertata, rapi, dan jernih.

Harapan saya, pasca muktamar ke 20 di Samarinda, seluruh peserta dan pimpinan yang bekumpul disana menyuarakan visi yang sama yaitu mengawal gerakan literasi IPM, tentunya dengan penafsiran dan program yang sesuai di ranah masing masing pimpinan. Dari gagap dan gugup menuju fasih dan lancar berkomunikasi, judul diatas meminjam istilah Hernowo Hasim, semoga IPM mampu mengawal kebaikan ini menjadi program nasional yang berkelanjutan.

Semoga dengan catatan kecil ini mampu menjadi penggugah semua kader IPM yang bermuktamar dan saya ucapkan selamat dan sukses untuk Muktamar Ke 20 ini.

Penulis : Irvan Shaifullah
Sekretaris Umum PD IPM Lamongan, Kontributor Website Muhammadiyah, Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Lamongan. Menulis 12 buku baik solo maupun antologi dan sebentar lagi akan terbit buku antologi terbarunya bersama Sahabat Pena Nusantara  berjudul “Quantum Belajar: Membangun gelora untuk hidup bahagia”  yang akan dilauncing bulan ini bersamaan dengan Kopdar nasional penulis Sahabat Pena Nusantara di Bondowoso.

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Membudayakan Literasi di Kalangan Aktifis Persyarikatan

Next Post

Khutbah Jumat Sinyal Kebangkitan Umat Islam

Comments 1

Comments are closed.

Read next

Menu Spesial Matsama

Ma’in, S.HI Setiap tahun di masing-masing lembaga pendidikan mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)…
0
Share