Nuun wal qolami wamaa yasthuruun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan, sebagaimana menjadi motto IPM salah satu ortom yang bergerak di kalangan pelajar. Implementasi dari surat al Qolam ayat satu ini ternyata masih jauh dari harapan.
Dalam berdakwah para aktifis persyarikatan masih banyak yang menggunakan methode lesan daripada methode tulisan. Sebenarnya ini hanyalah soal budaya kebiasaan. Para aktifis persyarikatan sebagai mubaligh di bidangnya tentu mereka adalah hamba yang produktif dalam membaca sebagai modal untuk berdakwah. Kebiasaan kita membaca Al Qur’an dan tafsirnya setiap saat merupakan modal utama.
Dari modal gemar membaca itulah, selangkah budaya literasi (menulis) bisa dilakukan. Gampangnya, bahan catatan atau rangkuman sebagai bahan berdakwah itu dapat dikembangkan menjadi tulisan yang enak dibaca. Sekali lagi itu hanya soal kebiasaan saja.Waktu yang dibutuhkan pun tidaklah lama.
Era sekarang sarana untuk mempublikasikan tulisan tidaklah sesulit pada masa lalu. Kita bisa memposting tulisan di media online. Kita bisa share tulisan di berbagai group. Bukankah kita sudah terbiasa menggunakan whatShap, BBM, FB, Twitter, dll untuk menulis komentar atau sekedar warta kegiatan organisasi kita ?
Sebagai aktifis persyarikatan, tentu kita berkeinginan memberikan pencerahan bagi umat lewat tulisan. Kita ingin ber amar ma’ruf juga lewat tulisan. Kita pun berkeinginan shodaqoh ilmu pun lewat tulisan. Begitu juga untuk syiar persyarikatan dengan tulisan.
Ayo jangan ragu untuk menulis. Jangan takut salah. Tulis apa saja dalam rangka amar makruf nahi munkar. Manfaatkan media yang ada. Ada muhammadiyahlamongan.com media online PDM Lamongan, PWMuh media PWM Jatim dan Sang Pencerah media PP Muhammadiyah.
Kegiatan literasi kita budayakan di kalangan aktifis persyarikaran. Dicoba, pasti anda bisa. Man jadda wa jadda.
Fathurrahim Syuhadi
Ketua MPK PDM Lamongan
