Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Menu Spesial Matsama

Ma’in, S.HI

Setiap tahun di masing-masing lembaga pendidikan mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU) memasuki tahun pelajaran baru, akan diselenggarakannya kegiatan Masa Taaruf Siswa Madrasah yang dikenal dengan istilah Matsama atau dengan istilah lainnya yakni Fortasi. Sampai pada dibuatkannya petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan Matsama dan Fortasi oleh instansi yang menaungi lembaga pendidikan tersebut.

Dalam pelaksanaan Matsama dan Fortasi pada tahun pelajaran 2024/2025 ada yang tiga hari dan ada pula yang empat hari. Sesuai dengan selera dan pilihan kepala madrasah atau sekolah masing-masing. Tentu pilihan tiga hari dan empat hari pelaksanaan Matsama dan Fortasi terdapat instrumen juknis yang perlu diterapkan oleh satuan lembaga pendidikan.

Namanya “Masa Taaruf” berarti masa perkenalan, dimana siswa baru yang masuk ke lembaga pendidikan akan diperkenalkan oleh seluruh komponen terkait lembaga pendidikan yang dikelolanya, mulai dari lingkungan sekolah dan madrasah, bapak/ibu guru yang mengajar, visi misi sekolah dan madrasah, program-program pembiasaan dan unggulan dan banyak hal lainnya yang disajikan dan diinformasikan kepada siswa baru termasuk wali murid yang mengantarkan anak-anak mereka.

Maka pentingnya meracik sedemikian rupa guna menyajikan menu-menu spesial dalam Matsama dan Fortasi oleh Kepala Sekolah atau Madrasah. Hal ini karena Matsama atau Fortasi sebagai pintu gerbang utama bagi siswa baru dan wali murid baru untuk mengetahui program-program sekolah dan madrasah serta pembiasaan lainnya yang akan dilaksanakan selama proses satu tahun pelajaran berlangsung. Apakah menunya biasa-biasa saja, apa menunya spesial bahkan bisa menghasilkan menu yang sangat spesial. Semua tergantung menejer lembaga pendidikan.

Bagaikan sebuah buku, maka untuk mengetahui sejak dini isi buku, maka para pembaca bisa membaca terlebih dahulu sinopsis, daftar isi, dan pengantar penulisnya. Dengan membaca diksi tersebut, pembaca akan memiliki gambaran awal dan bahkan mungkin sudah bisa mengetahui isi buku yang akan mereka baca, meski hal ini tidak dapat dinilai sudah membaca buku secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi menejer lembaga pendidikan untuk dapat meramu kegiatan Matsama dan Fortasi selama tiga hingga empat hari, menjadi menu racikan dan masakan yang spesial dan dapat dinikmati oleh para siswa baru dengan lahap dan memberi efek positif bagi meningkatnya kepercayaan wali murid baru terhadap lembaga pendidikan, dimana anak-anak mereka dipercayakan untuk belajar di lembaga atau sekolah tersebut sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Menu Matsama dan Fortasi yang spesial dan menarik perhatian serta antusiasme siswa baru dan wali murid baru, tentu dibutuhkan kejelihan pengamatan dan analisa kecenderungan masyarakat atau wali murid terhadap harapan-harapan mereka kepada anak-anak mereka belajar di sekolah atau madrasah tersebut. Maka perlu seorang menejer sekolah dan madrasah mendengarkan curhat wali murid, guna mendapatkan masukan yang konstruktif bagi berkembangnya lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Namanya menu spesial Matsama dan Fortasi, tentu bukan menu biasa-biasa saja, akan tetapi menu yang luar biasa. Maka hasil dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan dan menjadi program unggulan serta menghasilkan prestasi yang luar biasa, setidaknya itulah yang disajikan dan ditampilkan di acara Matsama dan Fortasi, misal perolehan hafalan Alquran tiga juz bahkan lebih, atraksi bela diri yang meraih prestasi tingkat Kabupaten, Provinsi hingga Nasional, siswa literat, dan lain sebagainya.

Sehingga dengan hidangan menu spesial pada Matsama dan Fortasi akan memberikan harapan-harapan baru bagi siswa baru dan wali murid baru termasuk siswa lama, untuk berlomba-lomba meningkatkan belajar mereka dalam satu tahun ke depan atau beberapa tahun ke depan, sehingga mereka pun dapat menorehkan tinta emas prestasi yang akan membanggakan bagi diri mereka sendiri, orang tua dan lembaga pendidikan.

Melalui menu spesial pada Matsama dan Fortasi oleh pemangku sekolah dan madrasah diharapkan memberikan pengaruh positif bagi tumbuh dan berkembangnya bakat, minat dan potensi para siswa. Minat, bakat, kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan dapat berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang lebih unggul dan lebih baik lagi.

Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, definisi guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Maka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator dan administrator.

Ki Hajar Dewantara memiliki konsep trilogi pendidikan yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberikan keteladanan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah-tengah memberikan semangat), Tut Wuri Handayani (dari belakang memberikan dorongan, pengaruh dan motivasi). Sebab itu pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik. Karena itu pendidikan berperan dalam mensosialisasikan kemampuan baru kepada siswa yang mampu mengembangkan potensi dirinya baik dari segi kecerdasan moral keagamaan, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, agar siswa ke depannya mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang lebih dinamik.

Hal diatas senada dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yaitu; pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Namun demikian, kompetensi seorang guru tidak terbatas hanya pada aspek agama saja. Mereka juga harus memiliki pemahaman luas tentang berbagai disiplin ilmu, bukan hanya dalam disiplin yang mereka spesialisasi. Hal ini akan memberikan perspektif yang lebih kaya dan memungkinkan mereka untuk terus berkembang secara holistik termasuk didalamnya yakni kemampuan teknologi.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat seorang guru harus sigap menyesuaikan kondisi tersebut. Pembelajaran di era digital yang mengkolaborasikan antara guru dan siswa bertemu dengan media baik melalui internet, platform dan lain-lain tentu memberikan angin segar khususnya bagi guru yang materi pelajaran secara konvensional. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan guru untuk menyajikan media pembelajaran berbasis teknologi yang kreatif dan inovatif.

Di era 5.0 Society yang diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019, satuan pendidikan memiliki tantangan besar untuk menjadi pintu gerbang utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Selain pendidikan, elemen-elemen lain seperti pemerintah, organisasi masyarakat dan seluruh masyarakat juga berperan menyambut era society 5.0. Dalam menghadapi era society 5.0, pendidikan mampu mengalami perubahan paradigma, guru tidak hanya menjadi penyedia materi pembelajaran, tetapi juga mampu menjadi sumber inspirasi bagi kreativitas siswa.

Adaptasi dan pengembangan kompetensi juga menjadi kunci dalam menghadapi era Society 5.0. dalam dunia pendidikan sangat diperlukan kamampuan di abad ke-21 yang dikenal sebagai 4K (Kreativitas, Berpikir Kritis, Komunikasi, dan Kolaborasi) baik dari guru maupun siswa.

Untuk menghasilkan SDM unggul di era Society 5.0, penguatan nilai-nilai Pancasila terhadap siswa melalui berbagai kegiatan seperti intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan lingkungan sekolah sangatlah penting. Guru mampu memiliki kemampuan digital dan berpikir kreatif serta memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain itu guru mampu memiliki keterampilan hidup abad ke-21 seperti kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kecerdasan emosional, kewirausahaan, kewarganegaraan global, kerja tim, dan pemecahan masalah.

1
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Atraksi Tapak Suci Tampil di Matsama MIM 09 Labuhan

Next Post

Materi Berbobot Pada Matsama MIM 09 Karangwungulor

Read next

Menentukan Arah Kiblat

Oleh : Maslahul Falah (Wakil Sekretaris PCM Laren) Dalam http://kbbi.web.id/kiblat, kata kiblat diartikan (1)…
0
Share