*Oleh : Hanif Mu’allifah (Kader pelatihan kader Taruna Melati 1 & 2 PD IPM Lamongan, PDNA Dept Dakwah Kota Malang, Ketua bidang tabligh PK IMM FIP UM)
Menjadi orang tua seolah menjadi proses otomatis bagi pasangan yang sudah menikah dan dikaruniai putra putri, mereka berganti status menyandang panggilan ayah dan bunda, jadi siapapun bisa mendapatkan predikat sebagai orang tua. Ternyata ungkapan tersebut tidak sesederhana itu dalam realitanya, menjadi orang tua tidaklah semudah membali telapak tangan secara naluri, setiap orang tua tahu bahwasanya tugas terpenting sebagai ayah bunda adalah mendidik mereka sesuai tuntunan islam, menjadikan mereka generasi-generasi yang dirindu umat yang tidak hanya sekedar menjadi sampah masyarakat dan menimbulkan keresahan dilingkungan.
Mendidik anak merupakan tanggungjawab terbesar bagi orang tua yang harus dijalankan dengan baik. Untuk menjadikan mereka putra-putri yang sholeh-sholehah, tentunya hal tersebut dimulai dari sejak putra/putri kita masih didalam kandungan. Menjadi teladan merupakan salah satu cara orang tua menjadikan anak mempunyai pribadi yang kita inginkan (baca:baik) seperti yang di contohkan Rasulullah, yang mana Rasulullah adalah teladan/modeling yang sempurna bagi umatnya.
Orang tua menaruh harapan besar kepada anak-anaknya, karena mereka menjadi salah satu jalan para orang tua mendapatkan syurga Allah, sehingga tidak jarang orang tua menuntut anak-anaknya sesuai keinginannya, namun yang terjadi ada beberapa orang tua yang hanya menuntut anaknya menjadi seperti yang dia inginkan tetapi jauh dari teladan yang mereka lakukan seperti sholat dimasjid, rajin belajar, rajin mengaji, dan lain-lain. Namun yang sering dilakukan ketika orang tua menuntut anak sholat dimasjid orang tua sibuk melakukan aktifitas lain dirumah, ketika menuntut anak belajar orang tua membunyikan keras-keras dan tertawa diidepan TV, ketika menuntut anak rajin mengaji orang tua bahkan lupa kapan terakhir membuka Al-Qur’an dan lain sebagainya. Fenomena tersebut tidak jarang kita jumpai dilingkungan sekitar kita sendiri yang bahkan sebagian besar para orang tua tidak menyadarinya.
Menjadi orang tua memang tidak ada sekolah formalnya. padahal menjadi orang tua ibarat berjalan di gurun pasir yang luas. Betapa tidak, dimulai dari proses kehamilan, melahirkan, memberi nama yang baik, proses tumbuh kembang anak yang disertai hambatan-hambatanya disetiap tahap pertumbuhan anak. Kompleksnya tuntutan orang tua tersebut terkadang tidak diimbangi dengan pengetahuan orang tua itu sendiri baik pengetahuan agama maupun secara kelimuan, sehingga tidak heran jika fenomena diatas masih familiar dilingkungan.
Menyiapakan generasi yang sholeh tentunya dibarengi dengan menjadikan diri kita menjadi orang tua yang sholeh , seperti ungkapan yang disampaikan K.H. Ahmad Dahlan “Karena itu aku terus memperbanyak amal dan berjuang bersama anak-anakku sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral yang sudah bengkok. Kusadari bahwa menegakkan akhlak dan moral serta berbagai persoalan Islam yang sudah bengkok.” Pendidikan moral merupakan pendidikan yang harusnya ditanamkan anak sejak sedini mungkin dan berlanjut secara bertahap menuju fase dewasa. Dikatakan dalam buku yang berjudul Pendidikan Anak dalam Islam oleh DR. Abdullah Nashih ‘Ulwan bahwa “ Tidak diragukan lagi bahwa keluhuran akhlak, tingkah laku, dan watak salah buah keimanan yang tertanam dalam menumbuhkan agama yang benar. Jika seorang anak pada masa kanak-kanaknya tumbuh diatas keimanan kepada Allah, terdidik di atass rasa takut kepada-Nya, merasa diawasi olehnya, meminta pertolongan-Nya, dan berserah diri kepada-Nya, maka akan terjaga dalam dirinya kefitrahan.”.
Lantas apa yang harus dilakukan orang tua untuk mewujudkan keluarga yang sholeh? Orang tua bisa memulainya dari hal yang terkecil dalam memberikan contoh tauladan kepada anak, dengan melatih memberikan salam dan menjawab salam kepada sesama muslim, membiasakan mengekspresikan bentuk kasih sayang kepada anak, mengajarkan dan membiasakan anak berdoa sebelum melakukan aktifitas, mengajarkan anak makna bersyukur atas rahmat Allah yang kita dapat dan masih banyak contoh lain yang bisa orang tua lakukan untuk mewujudkan generasi yang sholeh.
Satu hal yang sering kita lupakan saat menjadi orang tua, bahwa amalan orang tua juga bisa berpengaruh pada kesholehan anaknya. Karena orang tua yang sholeh akan memberi kemanfaatan kepada anaknya didunia bahkan diakhirat kelak. Dan sebaliknya orang tua yang gemar maksiat akan memberi pengaruh buruk terhadap perkembangan pendidikan karakter anak. Hendaklah ketika orang tua menginginkan anaknya sholeh maka giatlah melakukan amal sholeh yang penuh keikhlasan dan senantiasa mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Yuk, menjaid ayah bunda yang sholeh.