Oleh: Ma’in, S.HI*
Literasi telah menjadi kosakata kunci pada abad ini, baik dalam dunia akademik maupun dunia sosial secara luas. Literasi dipercaya sebagai alat untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi perubahan. Maka literasi menjadi kompetensi yang direkomendasikan untuk dikuasai dalam menjawab tantangan masa depan. Literasi menjadi skill yang mendekatkan seseorang dengan dunia teks dan informasi. Dengan kompetensi literasi, seseorang dapat mengolah informasi untuk pengembangan karir dan masa depannya. Berinteraksi dengan teks membutuhkan daya kritis dalam memilih serta menetapkan informasi agar pembaca tidak terseret arus banjir informasi yang kini telah melanda. Selain itu, untuk memperkuat daya tahan persaingan pada masa yang akan datang, setiap orang harus memiliki kemampuan literasi kritis dan literasi masa depan, yakni kemampuan menganalisis serta memprediksi perubahan global yang akan terjadi dengan berpikir solutif dan resolusi.
Literasi pada awalnya diartikan sebagai upaya untuk menjadikan seseorang alfabet, dimana seseorang dapat membaca dan memahami tulisan. Namun, literasi saat ini tidak lagi diartikan sebagai pemberantasan buta aksara, tetapi sebuah praktik sosial yang melibatkan kegiatan berbicara, menulis, membaca, menyimak, dalam memproduksi ide dan mengkonstruksi makna yang terjadi dalam konteks budaya yang spesifik. Begitu pentingnya literasi sebagai kompetensi yang harus dikuasai seseorang, maka perlu kiranya kita memahami pengertian dari literasi itu sendiri.
Pengertian literasi menurut O’Sullivan literasi adalah sebagai institusi sosial menulis (tulisan) atau institusi sosial komunikasi. Maksudnya, sebuah kelembagaan kegiatan menulis dan berkomunikasi sosial. Harjasujana dan Damaianti mengartikan literasi dalam beberapa rumusan yakni: membaca kata-kata yang tercetak, berbicara dengan jelas, ringkas dan meyakinkan, menulis dengan mudah dan menyenangkan, menyampaikan ide-ide yang esensial melalui kata-kata tertulis, memahami pesan lisan, mengikuti tuturan yang telah ditetapkan, dan makna yang dinyatakan secara tidak langsung yang dicerminkan dalam pilihan kata, struktur kalimat, serta pola tekanan dan pola struktur ujaran, serta menemukan kepuasan, tujuan dan perolehan melalui berbagai kegiatan literasi. Sedangkan pengertian literasi menurut Kemendikbud, literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara.
Adapun literasi di Indonesia di kenal dengan adanya budaya literasi. Budaya literasi dimaksudkan sebagai kegiatan untuk membiasakan berpikir yang diikuti dengan proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Pada abadi ke-21 ini, kata literasi telah memiliki beberapa makna baru. Secara tradisional, literasi adalah dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pengertian literasi menjadi lebih berkembang yaitu kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Pada masa perkembangan awal, literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengar, berbicara, melihat, menyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide. Literasi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya, dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan pembahaman yang lebih dalam. Literasi berfungsi untuk menghubungkan individu dengan masyarakat dan merupakan alat penting bagi individu untuk tumbuh dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis.
Menurut Unesco tahun 2003, literasi bermakna adalah praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco juga menyebutkan bahwa literasi informasi juga terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.
Maka literasi sebagai sebuah kompetensi dibutuhkan setiap orang untuk menghadapi kompleksitas informasi saat ini dan pada masa mendatang. Setiap orang harus memiliki kemampuan menentukan jenis informasi yang dibutuhkan masa depannya. Kemampuan literasi seseorang terkait dengan persoalan kognisi, kultural, dan sosial sangatlah penting. Mengingat bahwa literasi yang melibatkan kognisi dapat membantu seseorang dalam proses memperoleh informasi, menangkap informasi dan memilih informasi yang bermanfaat.
Keterkaitan literasi dengan kultural karena literasi berkaitan dengan kebiasaan dan kebudayaan sebuah komunitas atau kelompok masyarakat. Literasi menjadi melembaga melalui berbagai kreativitas pembudayaan membaca serta menulis sebagai kompetensi dasar. Keterkaitan sosial terjadi karena literasi merupakan aktivitas sosial secara bersama antaranggota masyarakat. Pada hakikatnya, literasi merupakan aktivitas sosial karena seseorang akan mengenal pemikiran orang lain dan memperkenalkan pemikirannya kepada orang lain. Mengingat pentingnya literasi dalam kehidupan, arti pentingnya tidak bisa kita kesampingkan karena kebermanfaatannya hadir bersamaan dalam kehidupan manusia. Berikut manfaat penting dari literasi:
Satu, literasi bergerak dan berkaitan erat dengan fungsi bahasa, yakni sebagai instumental, regulasi, interaksional, personal, heuristik, imajinatif dan informatif. Literasi sebagai bahasa berfungsi sebagai alat untuk mencapai sesuatu dalam hidup seseorang terutama informasi. Seseroang dapat memanfaatkan literasi sebagai jembatan untuk mencapai tujuan yang diimpikan dalam hidupnya. Literasi berkaitan dengan fungsi regulasi yakni mengatur, memengaruhi, dan mengendalikan pihak lain melalui kegiatan berbahasa. Melalui literasi undang-undang atau peraturan yang diproduksinya, pemerintah memberikan batasan bagaimana warga negara harus hidup dan menjalankan peran individualnya dalam sebuah negara.
Literasi berfungsi secara interaksional yakni sebagai media komunikasi dan interaksi antarpersonal serta antarkelompok dalam kehidupan sosial. Lobi, diplomasi, diskusi, dan debat digunakan untuk menggunakan genre literasi masing-masing. Literasi juga memiliki fungsi personal, sebagaimana tercermin dalam ekspresi seseorang ketika berbahasa (menulis, membaca). Ekspresi kecendekiawanan, kekritisan, sikap humor, humanistik, keluguan, kejujuran, serta identitas lainnya muncul dalam aktivitas literasi. Literasi juga berkaitan dengan interaksi manusia dengan lingkungan dan pencarian sesuatu yang belum diketahuinya (heuristik). Manusia selalu berupaya mencari informasi baru, pengalaman baru, pengetahuan baru, bahkan pekerjaan baru untuk semakin memapankan diri secara sosial.
Literasi juga berfungsi secara imajinatif dalam mengembangkan rasa dan imajinasi melalui karya sastra serta karya-karya yang menumbuhkan impian dan harapan hidup, menciptakan alam khayal untuk mengembangkan cerita baru dalam hidupnya. Melalui membaca dan menulis karya sastra, daya imajinasi manusia berkembang dan mengembara melampaui batas-batas formal alam nyata. Literasi juga berfungsi sebagai informatif, karena penguasaan informasi yang menyebabkan manusia memiliki hasrat untuk berkembang dan tercerahkan tentang kehidupan masa depan yang harus diraihnya.
Dua, literasi menjadi modal dasar bagi kehidupan manusia yang hidup dalam ruang budaya dan sosial yang dinamis. Melalui modal dasar literasi, manusia memungkinkan mencari solusi dengan beragam cara dan akses terhadap informasi. Ibarat pancingan, literasi merupakan kail yang memungkinkan pemancing memperoleh beragam ikan sesuai isi kolamnya. Kemampuan orang mengadaptasi perubahan serta memiliki strategi perubahan merupakan implikasi dari penguasaan informasi yang dimilikinya. Informasi apapun yang dimiliki disebabkan seseorang memiliki kemampuan literasi membaca.
Tiga, Literasi menjadi jantungnya pendidikan. Sebagaimana dalam tubuh manusia, jantung merupakan organ pengendali seluruh aliran darah. Kita sangat paham, bagaimana seseorang yang bermasalah dengan jantung dan bagaimana akibatnya. Literasi menjadi penentu aliran ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Setiap pembelajar dapat mengakses ilmu baru dalam banyak bidang dan banyak bahasa apabila menguasai kompetensi literasi.
Empat, literasi menjadi salah satu jawaban persoalan masa depan. Tantangan masa depan membutuhkan kesiapan mental dan sikap yang adaptif dengan perubahan serta multi psikomotor. Melek literasi berarti menggunakan peragkat literasi untuk mencari solusi dari setiap persoalan masa depan. Melek literasi berarti melek informasi, melek finansial, melek teknologi, melek kesehatan, melek ekonomi, melek demokrasi dan melek bidang lainnya.
Lima, literasi menjadikan manusia memiliki multikompetensi. Dalam laporannya Unesco menyampaikan tujuh kunci kompetensi yang harus disiapkan dalam menghadapi kehidupan masa mendatang. Salah satunya adalah multiliterasi. Kemampuan multiliterasi bersifat multilevel, tidak bersifat dikotomis: literat dan illiterat. Kemampuan literasi harus terus dipupuk dan dikembangkan hingga mencapai level ahli sehingga menjadi skill yang secara otomatis dapat digunakan untuk mengembangkan kompetensi pada bidangnya.
Enam, literasi memungkinkan seseorang menjadi manusia global. Saat ini, informasi dapat diperoleh dari mana saja dan kapan pun selama orang menguasai literasi informasi. Kita dapat berinteraksi pemikiran dengan ahli dari berbagai bidang serta berbagai negara yang mungkin kita tidak kenal sebelumnya.
Oleh sebab itu kemampuan literasi seseorang akan memberikan manfaat yang besar baginya, menurut Stromquist yakni ada beberapa manfaat yang akan diperoleh seseorang dengan kemampuan literasi yang dimilikinya seperti; pengambilan keputusan sebagai individu dan anggota masyarakat, pemberdayaan personal, partisipasi aktif dan pasif dalam masyarakat, memperluas jejaring sosial, kesadaran lebih terhadap lingkungan sosial, dan meningkatkan pemahaman pentingnya pendidikan bagi anak-anak. kemampuan literasi sebagai hasil program literasi membawa manfaat terhadap potensi untuk pengembangan diri. Hasil program literasi juga dapat berupa potensi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berpotensi untuk pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku setiap individu. Perubahan ini berdampak positif terhadap kepribadian individu yang juga berdampak pada komunitas di berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan politik.
*) Anggota Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan