MuhammadiyahLamongan.com – Seorang ilmuan barat Albert Einstein pernah mengatakan Ilmu yang sejati mengantarkan percaya kepada Tuhan. Dengan kata lain, pikiran atau ilmu manusia selanjut bagaimanapun, ujungnya akan takluk dan menyerah juga pada dzat yang maha kuasa.
Banyak rahasia alam yang terus ingin diketahui oleh Manusia, dari yang sekecil- kecilnya sampai yang sebesar-besarnya, mulai dari atom hingga bumi dan langit yang bertingkat-tingkat. Ilmuan menguras tenaga dan pikiran untuk mengetahui rahasia tersebut. Betapapun demikian terlalu banyak rahasia alam ini yang belum dapat diketahui, sehingga mereka pada akhirnya berkesimpulan “Aku paham, bahwa aku tidak tahu.” Dan ketidak tahuan itu adalah tempat bertumbuhnya iman.
Inilah yang kemudian dinamakan iman atas dasar kesadaran, yaitu keyakinan yang didahului oleh keinsafan bahwa dibalik yang wujud ini ada wajibul wujud. Seseorang yang awalnya mengklaim dirinya sebagai atheis, bilamana setelah lanjut penyelidikannya tentang ilmu pengetahuan, sebagaimana yang dikatakan Albert Einstein maka ia akan sampai juga percaya kepada Tuhan.
Suatu hari seorang berpaham atheis (tidak mengakui adanya Tuhan) yang besar minatnya terhadap ilmu pengetahuan berdebat dengan seorang ilmuan muslim.
Muslim: Apa yang menyebabkan ombak air laut?
Atheis: Angin
Muslim: Dari mana asalnya angin?
Atheis: Udara panas
Muslim: Dari mana asal panas?
Atheis: Sinar Matahari?
Muslim: Siapa yang meletakkan panas pada matahari?
Atheis: “Diam” (tidak tahu)
Seketika akal dan mulut atheis itu tidak dapat lagi menjawab, bersamaan dengan itu sebenarnya hati nuraninya mengatakan “Tuhan”, hanya saja bibirnya keluh atau bahkan malu untuk mengatakannya.
Oleh karena itu semakin kita tahu bahwa kita tidak tahu, menunjukkan bahwa ketidak tahuan itulah awal dari penyerahan diri seorang hamba kepada Tuhannya, dan dalam terminologi agama, itulah yang kemudian disebut dengan Islam.
Islam sebagai agama universal tidak anti terhadap perubahan dan perkembangan, lebih-lebih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan Islam menyuruh pemeluknya untuk selalu mengunakan akalnya untuk berfikir sehingga dapat menemukan dan menghasilkan Ilmu-ilmu baru.
Betapapun demikian majunya ilmu dan teknologi harus berbanding lurus dengan majunya kemanusiaan, jangan ilmu dan teknologi maju sedangkan kemanusiaan mundur. Dalam pada itu menghadapi laju ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan masif tersebut, maka penyeimbangnya tidak lain adalah agama, dan agama Islam kaitannya dengan kesetimbangan itu telah memberikan tuntunan yang sangat kuat.
Coba kita renungi ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun. Ada perintah kepada umat manusia untuk membaca. Kemudian Allah mengatakan dalam lanjutan ayat tersebut dengan mengingatkan agar jangan lupa bahwa Tuhanmu yang telah menciptakan.
Bahwasannya Ayat tersebut kalau kita pahamkan dengan keluasan pengetahuan dan keterbukaan ,kejujuran pikiran, dapatlah kita rasakan bahwa Tuhan sebenarnya berkata kepada kita hambaNya, “silahkan belajar berdalam-dalam, temukan rahasia-rahasia alam, tetapi ingat dan insaflah seluas dan setinggi apapun capaian di dunia, status kalian tetaplah hamba. Maka berbaktilah pada Tuhanmu dan bergunalah untuk persada raya”.
Penulis : Ahmad Rusdi