Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Pimpinan IMM Harus Seperti Garam Jangan Seperti Gincu

MuhammadiyahLamongan.com – Dalam rangka regenerasi kepemimpinan organisasi Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah Paciran menggelar Musyawarah Komisariat (MUSYKOM) Ke-II dilaksnakan pada hari Selasa 31 Oktober hingga Rabu 1 November 2017 bertempat di MI Muhammadiyah Sumurgayam Paciran, Lamongan.

Kegiatan tersebut, terpilih Miftakhul Fikri sebagai Ketua Umum, Rabu (1/11) pagi, “tidak menduga teman-teman memilih saya dan mohon bimbingannya dari alumni dan dukungannya dari seluruh immawan-immawati yang tergabung dalam jajaran PK IMM STIT Muhammadiyah Paciran periode ini.” ucap Fikri saat sambutan pertamanya sebagai Ketua Umum.

Sementara itu, Alfian Ridho Illah Ketua Umum PK IMM STIT Muhammadiya Paciran Domisioner memberikan ucapan selamat kepada miftakhul fikri dan seluruh jajaran pengurus yang terpilih. “Selamat immawan-immawati yang terpilih dalam kepengurusan periode ini semoga bisa menjalankan amanah sebaik-baiknya. Sedikit flashback 1 tahun yang lalu hari ini immawan Miftahul Fikri sama seperti saya dulu, pertama kali sambutan di IMM kepada seluruh kader PK IMM STIT Muhammadiyah Paciran mari saling mendukung dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan agar tanggung jawab seorang ketua merasa ringan karena beban seorang ketua sangat berat,” jelas Fian dalam sambutan penutupan.

“Jangan jadi pemimpin yang pintar sambutan, jangan jadi pemimpin yang suka mengeluh, jangan jadi pemimpin yang memikirkan diri sendiri,” katanya.

Sedangakan, Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Lamongan Musa Kubuwono, telah menutup acara MUSYKOM PK IMM STIT Muhammadiyah Paciran dengan seksama “hari ini PK IMM STIT Muhammadiyah Paciran sukses dalam proses regenerasi kepemimpinan karena telah melaksanakan Musyawarah Komisariat (MUSYKOM) dan secara pengakuan kawan-kawan sudah memilih Miftakhul Fikri sebagai ketua umum terpilih dan secara hukumnya kawan-kawan wajib melaksanakan pelantikan,” papar Musa pada saat menutup kegiatan tersebut.

Dia menceritakan, sebuah kisah Imam Al Ghozali kepada muridnya, beliau memberikan pertanyaan apa yang paling dekat pada kita? Jawabnya adalah ibu, bapak, saudara. Apa yang paling jauh? Jawabnya langit, bintang, bulan. Apa yang paling besar? jawabnya hawa nafsu. Apa yang paling berat? Jawabnya tanggung jawab. Apa yang paling ringan? Jawabnya meninggalkan sholat. Apa yang paling tajam? Jawabnya lidah.

Menurutnya, dari kisah itu kita harus ambil pelajaranya agar sebagai pemimpin yang dapat bertanggung jawab. Terus lakukan kegiatan-kegiatan sebagai bukti kongkrit teman-teman menjadi pemimpin.

Seorang pimpinan harus seperti garam jangan seperti gincu (lipstik), ibarat garam ketika ditabur meski tidak kelihatan tapi bisa dirasakan. Sedangkan, gincu hanya kelihatan tapi tidak bisa dirasakan. Dari analogi ini pemimpin IMM membuat sebuah gerakan harus bisa dirasakan, jangan hanya terlihat ada kegiatan tetapi tidak bisa dirasakan manfaatnya, teruslah bermanfaat untuk orang lain, pungkasnya. (Kholis)

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Peringati Sumpah Pemuda, IPM Lamongan Bagikan Ribuan Buku Gratis

Next Post

Masa Depan yang Dibutuhkan Mental Petarung

Read next
0
Share