Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Tajdid dan Dakwah Muhammadiyah di Era Big Data

Penulis: Irvan Shaifullah, Mahasiswa Pasca Sarjana UM Surabaya

Ada kejadian unik, ketika suatu toserba membuat promo beli 1 kg pet food (makanan kucing) gratis 1 pack teh celup. Usut punya usut, dari data yang mereka kumpulkan di pembelian-pembelian sebelumnya. Ternyata banyak sekali pelanggan yang membeli pet food dan teh celup secara bersamaan. Ditemukan fakta bahwa biasanya orang yang memelihara hewan sering berkumpul bersama komunitasnya sambil menikmati teh.  Berkat inovasi dan data tersebut, penjualan di toserba tersebut naik pesat karena promo yang dilakukan tepat sasaran. Lebih jelasnya, seperti itulah pemanfaatan big data dalam skala kecil.

Lantas apa big data itu?

Big Data bukanlah sebuah teknologi, teknik, maupun inisiatif yang berdiri sendiri. Big Data adalah suatu trend yang mencakup area yang luas dalam dunia bisnis dan teknologi. Big Data menunjuk pada teknologi dan inisiatif yang melibatkan data yang begitu beragam, cepat berubah, atau berukuran super besar sehingga terlalu sulit bagi teknologi, keahlian, maupun infrastruktur konvensional untuk dapat menanganinya secara efektif. Dengan kata lain, Big Data memiliki ukuran (volume), kecepatan (velocity), atau ragam (variety) yang terlalu ekstrim untuk dikelola dengan teknik konvensional.

Salah satu penjelasan paling mudah dimengerti tentang big data adalah pengumpulan dan penggunaan informasi dari berbagai sumber untuk membuat keputusan yang lebih baik. Big data bisa dibilang sebagai sebuah konsep tentang kemampuan kita untuk mengumpulkan, menganalisa, dan mengerti jumlah data yang cukup besar yang datang setiap harinya

Penggunaan internet yang begitu massive membuat organisasi tak bisa lagi hanya mengandalkan langkah-langkah pemasaran yang lama dan tradisional untuk tetap bertahan. Diperlukan metode terkini untuk menyeimbangkan kondisi pasar, yaitu Big Data. Organisasi perlu melihat Big Data sebagai suatu keharusan, karena Big Data mampu mengolah dan merangkum data dari sumber manapun, yang tentunya dibutuhkan untuk kelangsungan setiap organisasi.

Tajdid dan Dakwah Muhammadiyah di era Big Data

“Without big data, you are blind and deaf in the middle of a freeway.” —Geoffrey Moore

Menurut pakar manajemen terkemuka asal Amerika Serikat, Geoffrey Moore, mustahil bagi sebuah perusahaan atau organisasi besar bisa bertahan dan berkembang tanpa kesadaran untuk mengelola ‘big data’. Tanpa itu, menurut Moore, kita seperti berkendara di tengah jalan tol dalam keadaan buta dan tuli.  Kita bisa terus berjalan memacu kendaraan, tetapi kita hanya bisa meraba-raba , dan tinggal menunggu waktu untuk tabrakan atau jatuh ke jurang.

Memiliki Big data bagi Muhammadiyah akan sangat penting sebagai aktualisasi dari gerakan pencerahan islam berkemajuan. Dengan big data, dakwah dan tajdid muhammadiyah akan tepat sasaran dan berkembang. Muhammadiyah akan menjadi organisasi sosial dakwah yang mengedepankan data untuk menganailis dan memutuskan keputusan dengan tepat.

Dengan memiliki data yang kompleks dan lengkap, Muhammadiyah akan lebih leluasa dalam menentukan langkah-langkah organisasi maupun segala keputusan strategis yang berkaitan dengan dakwah dan tajdid. Big data akan bisa membantu untuk mengolah kebijakan sedemikian rupa sehingga mampu melacak peta demografi dan psikografi warga Muhammadiyah dari pusat hingga ranting. Di kelompokkan sesuai minat dan partispasinya terhadap Muhammadiyah, kebutuhan-kebutuhan ekonominya, kesehatan dan lainnya. Berbagai informasi yang diperoleh tersebut akan secara tepat dan real dikonversikan menjadi rumusan solusi secara tepat dan cepat.

Secara umum, adanya big data bagi Muhammadiyah akan membuat cara kerja Muhammadiyah di semua jenjang menjadi lebih efektif dan efisien. Muhammadiyah akan semakin bisa memacu kerja-kerja amalnya melalui unit usahanya untuk terus merespon secara cepat dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.

Sekarang, think big (data), think colaboration

Meskipun big data memberi banyak kemudahan, bukan berarti tidak ada tantangan dalam menggunakannya. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah perusahaan atau organisasi hanya menggunakan data tanpa melibatkan manusia. Padahal untuk bisa menggunakan data tersebut dengan baik dan benar, perlu campur tangan manusia untuk mempelajarinya.

Tidak hanya untuk ditampung, data-data ini juga perlu diolah. Untuk mengolah data agar data-data yang kita miliki sudah bersih atau sesuai dengan kebutuhan klien dan organisasi membutuhkan banyak pekerjaan..

Dalam mewujudkan ini, Muhammadiyah tentu tak bisa sendiri. Perlu berkolaborasi dan pikiran yang besar baik secara struktural maupun kultural untuk mengumpulkan banyak pihak. Para ahli dan pakar di bidang teknologi informasi, media, hingga manajemen yang bertebaran di perguruan tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia bisa dikumpulkan dan merumukan langkah berama. Berbagi dan berkolaborasi untuk saling mengisi. Muhammadiyah dalam hal infrastruktur teknologi,  juga tidak perlu mengerjakan semuanya sendirian dari nol. Berbagai kerjasama bisa dijalin dengan berbagai perusahaan teknologi terkemuka untuk mewujudkan semua ini. (Penulis Irvan Shaifullah, Mahasiswa Pasca Sarjana UM Surabaya)

1
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Program Sekolah Sedekah Lazismu Lamongan Resmi Diluncurkan, Jadi Pilot Project

Next Post

Berasas Pemilu Luber Jurdil,  IPM MIM 04 Brangsi Laren Dibentuk 

Read next
0
Share