Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Ustadz Menjawab : Tata Cara Shalat Tahajud dan Shalat Dhuha

tanya jawab seputar fiqih

Pertanyaan:

Assalamuโ€™alaikum Wr. Wb.

Saya ingin mengetahui tata cara shalat tahajud dan shalat dhuha yang benar, atau sesuai dengan apa yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw.

Demikian pertanyaan saya. Terima kasih atas perhatiannya.

Wassalamuโ€™alaikum Wr. Wb.

Jawaban:

Pertanyaan saudara mengenai tata cara shalat tahajud dan tata cara shalat dhuha ini sudah dijelaskan dalamย Himpunan Putusan Tarjih, halaman 341-355, dan sebenarnya juga sudah pernah ditanyakan kepada kami dan jawabannya dapat dilihat dalam buku Tanya Jawab Agama Jilid 3, halaman 107-115 dan halaman 124-126 serta di rubrik Tanya Jawab Agama Majalah Suara Muhammadiyah No. 22 tahun ke- 91/ 2006. Khusus mengenai tata cara shalat tahajud, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga sudah menerbitkan buku Tuntunan Ramadhan, yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah.ย Pada dasarnya shalat tahajud, shalat witir,ย qiyamu Ramadhan, danย qiyamu lailย adalah sama, yaitu sebelas rakaat (Berdasarkan HR. al-Bukhari dari โ€˜Aisyah).

Sehubungan dengan itu, kami anjurkan saudara untuk membaca kembali beberapa buku dan majalah tersebut. Namun demikian, dengan merujuk kembali kepada sumber-sumber tersebut, tata cara shalat tahajud dapat disimpulkan secara ringkas sebagai berikut:

1.Waktu pelaksanaannya adalah setelah shalat isya sampai sebelum waktu shubuh. (Berdasarkan HR. al-Bukhari dan Muslim dari โ€˜Aisyah). Tetapi yang paling baik adalah pada sepertiga akhir malam (Berdasarkan HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Jabir).

2.ย Shalat tahajud boleh dikerjakan secara berjamaah (berdasarkan HR. Muslim dari Ibnu โ€˜Abbas), dan boleh juga dilakukan sendirian.

3.ย Diawali dengan shalat iftitah dua rakaat. (Berdasarkan HR. Muslim, Ahmad dan Abu Daud dari Abu Hurairah). Adapun cara melaksanakan shalat iftitah adalah sebagai berikut:

a.ย Sebelum membaca al-Fatihah pada rakaat pertama, membaca doโ€™a iftitah:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฐููŠ ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽุจูŽุฑููˆู’ุชู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุธูŽู…ูŽุฉู

โ€œSubhaanallaahi dzil-malakuuti wal-jabaruuti wal-kibriyaaโ€™i wal โ€˜adzamahโ€.ย Artinya:ย โ€œMaha suci Allah, Dzat yang memiliki kerajaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan.โ€

b.ย Hanya membaca surat al-Fatihah (tidak membaca surat lain) pada tiap rakaat. (Berdasarkan HR. Abu Daud dari Kuraib dari Ibnu โ€˜Abbas). Adapun bacaan lainnya seperti; bacaan rukuโ€™, iโ€™tidal, sujud dan lainnya sama seperti shalat biasa.

c.ย Shalat iftitah boleh dilakukan secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. (Berdasarkan HR ath-Thabrani dari Hudzaifah bin Yaman)

4.ย Setelah itu, melaksanakan shalat sebelas rakaat. Beberapa hadis Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa shalat tahajud bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:

a.ย Melaksanakan empat rakaat + empat rakaat + tiga rakaat (4 + 4 + 3 = 11 rakaat). (Berdasarkan HR. Al-Bukhari dari โ€˜Aisyah)

b.ย Dua rakaat iftitah + dua rakaat + dua rakaat + dua rakaat + dua rakaat + dua rakaat + satu rakaat (2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 1 = 13 rakaat). (Berdasarkan HR. Muslim dari โ€˜Aisyah).

5.ย Pada shalat witir, hendaknya membaca surat al-Aโ€™la setelah al-Fatihah pada rakaat pertama, surat al-Kafirun pada rakaat kedua, dan al-Ikhlas pada rakaat yang ketiga. Setelah salam, sambil duduk membaca:

(3x) ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุงู„ู’ู‚ูุฏู‘ููˆุณู

โ€œSubhanal-malikil-qudduus.โ€ย 

Artinya:ย โ€œMaha Suci (Allah), Dzat Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Suci.โ€,

dengan mengeraskan dan memanjangkan pada bacaan yang ketiga, lalu membaca:

ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ุงุฆููƒูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฑู‘ููˆุญู

โ€œRabbil-malaaikati war-ruuhโ€.

Artinya:ย โ€œYang Menguasai para malaikat dan ruh.โ€

(Berdasarkan HR. al-Baihaqi, juz 3/ no. 4640; Thabrani, juz 8/ no. 8115; Daruqutni, juz 2/ no. 2, dari Ubay bin Kaโ€™ab. Hadis ini dikuatkan oleh โ€˜Iraqi)

6.ย Membaca doโ€™a.

Di antaraย  doโ€™a-doโ€™a yang dibaca Rasulullah Saw. adalah:

a.ย Berdasarkan hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu โ€˜Abbas:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ูููŠ ู‚ูŽู„ู’ุจููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽูููŠ ุจูŽุตูŽุฑููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽูููŠ ุณูŽู…ู’ุนููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุนูŽู†ู’ ูŠูŽู…ููŠู†ููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุนูŽู†ู’ ูŠูŽุณูŽุงุฑููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽููŽูˆู’ู‚ููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุชูŽุญู’ุชููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุฃูŽู…ูŽุงู…ููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุฎูŽู„ู’ูููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ููŠ ู†ููˆุฑู‹ุง

Artinya:ย โ€œYa Allah, berikanlah di dalam hatiku cahaya, di dalam penglihatanku cahaya, di dalam pendengaranku cahaya. Dan (berikanlah) cahaya dari sebelah kananku, cahaya dari sebelah kiriku, cahaya dari atasku, cahaya di bawahku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku, dan berikanlah cahaya pada seluruh tubuhku.โ€

b.ย Berdasarkan riwayat Muslim dari โ€˜Aisyah:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุนููˆุฐู ุจูุฑูุถูŽุงูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุณูŽุฎูŽุทููƒูŽ ูˆูŽุจูู…ูุนูŽุงููŽุงุชููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุนูู‚ููˆุจูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุนููˆุฐู ุจููƒูŽ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ู„ูŽุง ุฃูุญู’ุตููŠ ุซูŽู†ูŽุงุกู‹ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ุฃูŽุซู’ู†ูŽูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ

Artinya:ย โ€œYa Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak dapat lagi menghitung pujian yang ditujukan kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana pujian-Mu terhadap diri-Mu sendiri.โ€

c.ย Berdasarkan hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu โ€˜Abbas:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู†ููˆุฑู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู‚ูŽูŠู‘ูู…ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูููŠู‡ูู†ู‘ูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽูˆูŽุนู’ุฏููƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ููƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽู„ูู‚ูŽุงุคููƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ุญูŽู‚ู‘ูŒ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุญูŽู‚ู‘ูŒ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ููˆู†ูŽ ุญูŽู‚ู‘ูŒ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽุงุนูŽุฉู ุญูŽู‚ู‘ูŒ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุฃูŽุณู’ู„ูŽู…ู’ุชู ูˆูŽุจููƒูŽ ุขู…ูŽู†ู’ุชู ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ู’ุชู ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽุจู’ุชู ูˆูŽุจููƒูŽ ุฎูŽุงุตูŽู…ู’ุชู ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุญูŽุงูƒูŽู…ู’ุชู ููŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ููŠ ู…ูŽุง ู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ู’ุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฎู‘ูŽุฑู’ุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ุฑูŽุฑู’ุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุนู’ู„ูŽู†ู’ุชู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฅูู„ูŽู‡ููŠ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ.

Artinya:ย โ€œYa Allah, hanya bagi-Mu segala pujian, Engkau cahaya (penerang) langit dan bumi. Hanya bagi-Mu segala pujian, Engkau Penegak langit dan bumi. Hanya bagi-Mu segala pujian, Engkau Yang Mengatur langit dan bumi beserta isinya. Engkau adalah Dzat yang haq. Janji-Mu adalah benar. Firman-Mu adalah benar. Perjumpaan dengan-Mu adalah benar. Surga adalah nyata. Neraka adalah nyata. Para nabi adalah benar. Hari kiamat adalah nyata. Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berserah diri. Hanya kepada-Mu aku beriman. Hanya kepada-Mu aku bertawakal.ย Hanya kepada-Mu aku kembali. Hanya atas pertolongan-Mu aku berjuang. Hanya kepada-Mu aku mohon keadilan. Maka ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang aku lakukan secara sembunyi-sembunyi dan yang terang-terangan. Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau.โ€

Doa-doa tersebut bisa dibaca ketika sujud, setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir, atau ketika selesai shalat.

Sedangkan tata cara shalat dhuha (disebut juga shalatย awwabin) adalah sebagai berikut:

    1. Dilaksanakan pada saat matahari sudah naik kira-kira sepenggal atau setinggi tonggak (maksudnya bukan pada waktu matahari baru terbit), dan berakhir menjelang masuk waktu zhuhur (Berdasarkan HR. Muslim dari Ummu Haniโ€™). Dalam Jadwal Waktu Shalat, waktu shalat dhuha dimulai sekitar setengah jam setelah matahari terbit (syuruq).
    2. Shalat dhuha dapat dilaksanakan sebanyak:

a. Dua rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari Abu Hurairah).

b. Empat rakaat (berdasarkan HR. Muslim dari โ€˜Aisyah).

c. Delapan rakaat dengan melakukan salam tiap dua rakaat (berdasarkan HR. Abu Daud dari Ummu Haniโ€™).

d. Boleh dikerjakan dengan jumlah rakaat yang kita inginkan. Berdasarkan hadis:

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุงู„ุถู‘ูุญูŽู‰ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนู‹ุง ูˆูŽูŠูŽุฒููŠุฏู ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู

[ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…]

Artinya:ย โ€œDiriwayatkan dari โ€˜Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw mengerjakan shalat dhuha empat rakaat dan adakalanya menambah sesukanya.โ€ย (HR. Muslim)

Al-โ€˜Iraqi mengatakan dalamย Syarah at-Tirmidzi, โ€œAku tidak melihat seseorang dari kalangan sahabat maupun tabiโ€™in yang membatasi jumlahnya pada dua belas rakaat. Demikian juga pendapat Imam as-Suyuti, dari Ibrahim an-Nakhaโ€™i; bahwa seseorang bertanya kepada Aswad bin Yazid, โ€œBerapa rakaat aku harus shalat dhuha?โ€ Ia menjawab, โ€œterserah kamuโ€. (Fiqh as-Sunnah, jilid 1, hal 251, terbitanย Dar al-Fath li al-โ€˜Ilam al-Arabi.ย Hadist-hadist yang menyatakan jumlah rakaatnya dua belas tidak ada yang lepas dari cacat. (Subul as-Salam, juz 2, hal. 19, terbitanย Dar al-Kutub al-Ilmiyah)

3. Sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus setiap hari. Berdasarkan hadis:

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ุดูŽู‚ููŠู‚ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูู„ู’ุชู ู„ูุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุฃูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุงู„ุถู‘ูุญูŽู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฌููŠุกูŽ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุบููŠุจูู‡ู

[ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…]

Artinya:ย โ€œDiriwayatkan dari โ€˜Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada โ€˜Aisyah, โ€œApakah Nabi Saw. selalu melaksanakan shalat dhuha?โ€, โ€˜Aisyah menjawab, โ€œTidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.โ€ย [HR. Muslim]

Syuโ€™bah meriwayatkan dari Habib bin Syahid dari Ikrimah, ia mengatakan; โ€œIbnu โ€˜Abbas melakukan shalat dhuha sehari dan meninggalkannya sepuluh hariโ€. Sufyan meriwayatkan dari Mansur, ia mengatakan; โ€œPara sahabat tidak menyukai memelihara shalat dhuha seperti shalat wajib. Mereka terkadang shalat dan terkadang meninggalkannyaโ€. (Zad al-Maโ€™ad, juz 1, hal 128, terbitanย Dar ar-Royyan li at-Turats)

  1. Shalat dhuha dapat dikerjakan secara berjamaah. Berdasarkan hadis:
ุนูŽู†ู’ ุนูุชู’ุจูŽุงู†ู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูู…ู‘ูŽู†ู’ ุดูŽู‡ูŽุฏูŽ ุจูŽุฏู’ุฑู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽู†ู’ุตูŽุงุฑู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุชูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ู‘ูู‰ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽู†ู’ูƒูŽุฑู’ุชู ุจูŽุตูŽุฑููŠ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ุฃูุตูŽู„ู‘ูู‰ ู„ูู‚ูŽูˆู’ู…ููŠ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽุชู ุงู’ู„ุฃูŽู…ู’ุทูŽุงุฑู ุณูŽุงู„ูŽ ุงู’ู„ูˆูŽุงุฏูู‰ ุจูŽูŠู’ู†ููŠ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุณู’ุชูŽุทูุนู’ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุชูŽู‰ ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูŽู‡ูู…ู’ ููŽุฃูู‹ุตูŽู„ู‘ููŠ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูˆูŽุฏูุฏู’ุชู ุฃูŽู†ู‘ูŽูƒูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุฃู’ุชููŠ ููŽุชูุตูŽู„ู‘ููŠ ูููŠ ู…ูุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ููŽุฃูŽุชู‘ูŽุฎูุฐูู‡ู ู…ูุตูŽู„ู‹ู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ: ุณูŽุฃูŽูู’ุนูŽู„ู ุฅูู†ู’ ุดูŽุขุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูุชู’ุจูŽุงู†ู: ููŽุบูŽุฏูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู ุงู„ุตู‘ูุฏู‘ููŠู’ู‚ู ุญููŠู’ู†ูŽ ุงุฑู’ุชูŽููŽุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ููŽุงุณู’ุชูŽุฃู’ุฐูŽู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุฃูŽุฐูู†ู’ุชู ู„ูŽู‡ู ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฌู’ู„ูุณู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุงู„ู’ุจููŠู’ุชูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ุชูุญูุจู‘ู ุฃูŽู†ู’ุชูุตูŽู„ู‘ููŠ ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ุชููƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽุฃูŽุดูŽุฑู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ู†ูŽุงุญููŠูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ููŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽูƒูŽุจู‘ูŽุฑูŽ ููŽู‚ูู…ู’ู†ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽู‡ู ููŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุซูู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ.

[ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡]
Artinya:ย โ€œDiriwayatkan dari Itban bin Malik โ€”dia adalah salah seorang shahabat Nabi yang ikut perang Badar dari kalangan Ansarโ€” bahwa dia mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku sekarang tidak percaya kepada mataku (maksudnya, matanya sudah kabur) dan saya menjadi imam kaumku. Jika musim hujan datang maka mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka, sehingga aku tidak bisa mendatangi masjid untuk mengimami mereka, dan aku suka jika engkau wahai Rasulullah datang ke rumahku lalu shalat di suatu tempat shalat sehingga bisa kujadikannya sebagai tempat shalatku.ย Ia meneruskan: Kemudian Rasulullah saw bersabda: โ€œAkan kulakukan insya Allahโ€. Itban berkata lagi: Lalu keesokan harinya Rasulullah saw dan Abu Bakar ash-Shiddiq datang ketika matahari mulai naik, lalu beliau meminta izin masuk, maka aku izinkan beliau. Beliau tidak duduk sehingga masuk rumah, lalu beliau bersabda: โ€œMana tempat yang kamu sukai aku shalat dari rumahmu? Ia berkata: Maka aku tunjukkan suatu ruangan rumahโ€. Kemudian Rasulullah saw berdiri lalu bertakbir, lalu kami pun berdiri (shalat) di belakang beliau. Beliau shalat dua rakaat kemudian mcngucapkan salamโ€.ย [Muttafaq Alaih].

ุนูŽู†ู’ ุนูุชู’ุจูŽุงู†ูŽ ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ูููŠ ุจูŽูŠู’ุชูู‡ู ุณูุจู’ุญูŽุฉูŽ ุงู„ุถู‘ูุญูŽู‰ ููŽู‚ูŽุงู…ููˆุง ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽู‡ู ููŽุตูŽู„ู‘ูŽูˆู’ุง ุจูุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู

[ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆุงู„ุฏุงุฑู‚ุทู†ูŠ ูˆุงุจู† ุฎุฒูŠู…ุฉ]

Artinya:ย โ€œDiriwayatkan dari โ€˜Itban ibn Malik, bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan shalat di rumahnya pada waktu dhuha, kemudian para sahabat berdiri di belakang beliau lalu mengerjakan shalat dengan shalat beliau.โ€ย [HR. Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban]

Ada pula satu hadis riwayat Ahmad, ad-Daruquthni, dan Ibnu Hibban dari Aโ€™idz ibn โ€˜Amr, yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw pada suatu kesempatan pernah melaksanakan shalat dhuha bersama para sahabat beliau

Wallahu aโ€™lam bish-shawab. *putm)

Sumber : https://tarjih.or.id/tata-cara-shalat-tahajud-dan-shalat-dhuha/

5
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Ustadz Menjawab : Najiskah Kotoran Cicak?

Next Post

Puasa, Momentum Merasakan Kehadiran Tuhan

Read next
0
Share