Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Kekuatan Manusia Ada di Indera

maslahul falah

maslahul falahAllah menciptakan manusia secara istimewa. Keistimewaan ini dibahasakan Allah SWT dalam Al-Qur`an Surat At-Tin ayat 4 (yang artinya) adalah “Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia (al-insan) dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Ayat dalam Surat yang berjumlah 8 ayat dan termasuk Makkiyyah ini dijelaskan oleh Ahli Tafsir Al-Maraghi bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik.

Diciptakan dengan ukuran tinggi yang memadai, dan memakan makanan dengan tangannya, tidak seperti makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu, Allah mengistimewakan manusia dengan akalnya agar bisa berfikir dan menimba atau mencari berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala inspirasinya atau cita-cita-nya yang dengannya manusia dapat berkuasa atas segala makhluk. Manusia memiliki kekuatan dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjangkau segala sesuatu.

Sebagian manusia kadang tidak menyadari keistimewaan dirinya tersebut. Bahkan dia menyangka seolah-olah dirinya tak ubahnya seperti makhluk jenis lainnya. Maka Allah berfirman dalam lanjutan ayat 4 surat At-Tin tersebut (yang artinya) : “Kemudian Kami (Allah) kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”.
Keistimewaan makhluk manusia (kita semuanya ini) juga difirmankan Allah dalam Surat Al-Mulk ayat 23 (yang artinya) : “Katakanlah: “Dialah Yang Menciptakan kalian dan Menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur”. As-Sam’a diartikan pendengaran. Al-abshar diartikan penglihatan. Sedangkan al-af-idah ada beberapa makna yang ditulis oleh ahli tafsir. Ada yang memaknai al-qulub (hati). Ahli Tafsir Ibnu ‘Asyur menafsirkan al-qulub, wa al-murad biha al-‘uqul (hati, dan yang dimaksud dengannya adalah akal). Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan al-qulub wa al-‘uqul li tatafakkaruu wa ta’tabiruu (hati dan akal supaya kalian berfikir dan mampu mengambil i’tibar. Sedangkan Ibnu Khaldun dalam Kitab Muqoddimah (edisi terjemahan) diartikan al-fikr atau pikiran. Kesanggupan berfikir inilah, yang menurut Ibnu Khaldun (2011: 521) merupakan sumber dari segala kesempurnaan dan puncak segala kemuliaan dan ketinggian di atas makhluk lainnya.

Ayat 23 Surat Al-Mulk tersebut, menurut As-Shobuni memberikan pesan bahwa Allah SWT Dzat yang mewujudkan manusia dari ketiadaan dan juga memberikan kenikmatan kepadanya yang berupa nikmat as-sam’a, al-bashar dan al-af’idah. Dalam hal ini, Allah SWT mengkhususkan penyebutan pada anggota tubuh ini, karena sesungguhnya ketiganya merupakan instumen atau piranti ilmu dan kefahaman.

Ayat 23 Surat Al-Mulk ini diakhiri dengan qolilan ma tasykurun. Dalam tafsiran Wahbah Az-Zuhaili dalam At-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Minhaj, bahwa ayat ini memberi isyarat bahwa Allah SWT memberi manusia kekuatan-kekuatan yang besar. Namun mereka menyia-nyiakannya bukan untuk hal-hal yang dimaksudkan kekuatan-kekuatan itu diciptakan. Tentang kesyukuran ini ada sebuah ungkapan (mahfuzhot) Syekh Ibn Athoillah dalam Kitab Al-Hikam) :

«مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النِّعَمَ فَقَدْ تَعَرَّضَ لِزَوَالِهَا ، وَمَنْ شَكَرَهَا فَقَدْ قَيَّدَهَا بِعِقَالِهَا» .

“Barangsiapa tidak mensyukuri nikmat berarti sengaja membiarkan nikmat itu hilang, dan barangsiapa mensyukurinya berarti mengikatnya dengan erat”

Maslahul Falah
Wakil Sekretaris PCM Laren
Dosen di STAIM Paciran Lamongan

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Qobilah MTsM 5 Payaman, Latihan Evakuasi Korban Kecelakaan

Next Post

Membawa Misi Keshalehan Sosial, IMM STIKES Muhammadiyah Terjun ke Ranting Paling Ujung

Read next

Menentukan Arah Kiblat

Oleh : Maslahul Falah (Wakil Sekretaris PCM Laren) Dalam http://kbbi.web.id/kiblat, kata kiblat diartikan (1)…
0
Share