MuhammadiyahLamongan.com – Dalam kunjungan ke Jawa Timur kali ini ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) Diyah Puspitarini memiliki tujuan khusus. Lawatan yang bertepatan dengan Pelantikan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Lamongan, Ahad (23/4) bertempat di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan
Kedatangan PPNA kali ini untuk memenuhi 2 hal. Yang pertama untuk menepati janji Kader Nasyiah Lamongan karena telah berjanji akan berkunjung ke lamongan dan yang kedua adalah adanya rasa penasaran, seperti apa kabupaten kecil ini mendidik kader Muhammadiyahnya dan sehingga dimanapun Beliau pergi, selalu bertemu dengan orang Lamongan. Dan selalu sukses dalam bidangnya.
Mengawali orasi kepemimpinannya, Diyah memaparkan bahwasanya mengapa Nasyiatul ‘Aisyiyah memilih perempuan muda?
Yakni karena Nasyiatul ‘Aisyiyah adalah rentang usia 17 sampai 40 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan usia produktif yang harus dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas maupun syiar agama.
“Pada umumnya Nasyiah adalah para ibu muda dan tidak menjadikan anak sebagai alasan atau halangan untuk tidak beraktivitas, namun sebaliknya hal tersebut menjadikan fasilitas kepada anak-anak yakni dengan mengajaknya dalam mengikuti kegiatan akan memberikan pengalaman kepada anak. Bahkan jika perlu sambung Beliau, sekalian suaminya juga diikutsertakan dalam mendukung kegiatan Nasyiatul Aisyiyah. Karena ridho suami adalah bagian dari kesuksesan dalam bernasyiah”, imbuhnya.
Diyah menegaskan kembali kepada seluruh kader nasyiah bahwa jangan ada satupun kader ‘biren’ dalam Nasyiah. Mari rabi leren (Habis Nikah Berhenti.red) Bahkan sebenarnya itulah motivasi sesungguhnya.
Lebih lanjut, Diyah menyebutkan bahwa ada 4 Indikator Peran Perempuan Berkemajuan. Diantaranya berikut ini:
1. Nasyiah harus bisa melestarikan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Membekali diri dan keluarganya dengan ilmu.
3. Harus senantiasa responsif dengan lingkungan sekitarnya.
Nasyiah tidak boleh diam jika ada perempuan atau anak di sekitar yang terdholimi.
4. Nasyiah harus memiliki peran di ranah publik, yakni harus aktif di berbagai kegiatan masyarakat.
Selain itu Semangat berNasyiah pun diberikan oleh, Diyah yakni melalui pemaparannya 3 alasan yang jangan menjadikan alasan untuk tidak berNasyiah, yaitu:
1. Jangan menjadikan kekurangan kader untuk menjadikan patah semangat dalam istiqomah bernasyiah.
2. Tidak menjadikan dana atau biaya untuk tidak aktif di Nasyiah.
3. Jangan menjadikan persoalan waktu seperti yang telah tertera di ikrar Nasyiah bahwa kita harus bershodaqoh waktu untuk Nasyiah minimal 1 minggu sekali.
Diyah melihat Lamongan mempunyai potensi yang sangat besar dan setiap warga Lamongan harus berkontribusi didalamnya yang mempunyai arti bahwa Nasyiah ‘Aisyiyah Lamongan harus melakukan sesuatu untuk turut serta dalam membangun Lamongan Dan setiap individu pasti bisa yaitu dimulai dari memberikan hal-hal positif dilingkungan.
(desi r)