MuhammadiyahLamongan.com – Kaum muda adalah aset utama keberlangsungan sebuah bangsa. Bagaimana tidak, dengan watak dan sifat yang kritis, independensi, ketajaman intelektual, serta energi yang besar kaum ini dapat melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu. Terlebih saat kita melihat peta demografi di Indonesia, terjadi regenerasi dalam skala yang signifikan antara kaum tua dan mudanya.
Dengan pemetaan dari segi demografi itu, bisa diasumsikan kemajuan akan lebih cepat, pendapatan akan lebih tinggi, dan banyak lainnya. Namun benarkah demikian? Apakah dengan melimpahnya SDM kita akan mampu merubah nasib bangsa? tentu ini hanya ilusi semata. Nyatanya setiap menit harga kebutuhan membumbung tinggi, biaya apapun naik.
Generasi kita tak lagi menggaungkan rasionalisme mereka, intelektual dikubur hidup-hidup, nilai kritis dibabat habis. kenapa? karena generasi muda kita tak lagi diasupi dengan nilai-nilai yang luhur. sebagian mereka justru terseret arus globalisasi tanpa mempunyai filter diri. Arus global yang kapital dan kacau dan memilih tidak mau tahu dengan keadaan sekitar. Sepanjang jalan kita jumpai generasi muda pemabuk, memakai narkoba, seks bebas, tawuran dan lainnya.
Tak sedikit pula kaum muda hanya sibuk berdandan merias diri dan berpikir untuk tampil funky setiap hari. Mereka menjadi berotak kotor karena dijejali materi tak bermoral. Akhirnya generasi muda kehilangan jati dirinya sebagai kaum muda yang seharusnya jadi garda depan penerus bangsa.
Sedangkan politisi sibuk menguras uang rakyat dengan membuka kran-industrialisasi secara global untuk dengan alih-alih berbagai macam. Ini watak utama pendidikan borjuis sesuai dengan kapitalisme yang sedang berlangsung. Sejalan dengan kata Althusser bahwa tak cuma reproduksi keterampilan, tapi juga reproduksi memastikan ketundukan pada ideologi yang berkuasa.
Dengan artian, pendidikan generasi muda yang dijalankan oleh negara kapitalis ialah dalam rangka mempertahankan reproduksi kapitalisme itu sendiri, yaitu menanamkan ide-ide kapitalis. Agar generasi muda tertidur lelap menjadi kaum yang pragmatis, apatis dan “tidak tahu apa-apa”.
Bagi mereka yang memiliki kreativitas, pun tak lagi bernilai. Berapa puluh generasi kita yang memberikan kontribusi dalam hal sains dan teknologi namun mereka dibungkam dan tidak dihiraukan. Giliran asing yang yang datang, langsung diberi kursi. Semangat lokalisme mereka ditindih batu besar dan mengakibatkan matinya kreativitas anak muda.
Ah, kita sudah lelah dengan ini semua. Kebencian di mana-mana, pembunuhan, pemerkosaan, dan kriminalitas lainnya justru digawangi anak muda. Walhasil, generasi muda kita menjadi generasi sampah. Sudah saatnya kita sebagai kaum muda melawan eksploitasi masyarakat dalam skala besar ini dengan nalar kritis dan kepedulian sosial yang tinggi.
Bangkit menyadarkan generasi muda kita untuk terus berproses menjadi generasi yang intelek dan melek keadaan sosial. Terus menyadarkan para pembuat hukum untuk lebih peduli lagi dengan nasib generasi muda kita dengan parlemen jalanan pemuda.
Menyiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang merevolusi kebijkan hari ini yang cenderung kurang adil. Agar generasi muda masa depan kita tidak salah arah dan tahu harus berbuat apa demi kabikan bangsa dan tanah air.
Dalam hal ini pimpinan cabang ikatan mahasiwa muhammadiyah Lamongan menyambut Hari sumpah pemudah 28 oktober dengan menggelar diskusi akbar terkait persoalan kepemudaan dan kebangsaan untuk mebangunkan nalar kritis pemuda bangsa yang sudah lama terjajah. ratusan kader IMM dari berbagai komisariat di lamongan hadir mengkrumuni alun – alun kota lamongan. Di tengan kemerlap dan kemelut golobalisasi.
Diskusi yang berlangsung sempai tenga malam tersebut akan tetap berlanjut selama tanggal 25-28 oktober tepat, dengan harapan dan sampul BACA – DISKUSI – AKSI. Dengan maksud penyadaran dan pemantapan seluruh kader di rana pengetahuan yang bersifat kesejarahan serta hasil yang memuaskan kata Andi Rois selaku kabid hikma PC.IMM Lamongan. (Aang)