Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Khutbah Idul Fitri : Membuka Rezeki Dengan Bersyukur

Oleh : MOHAMAD SU’UD

(Sekretaris Majelis Tabligh PDM Lamongan)

 

 بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

 

 

الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ  مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

 

Jama’ah Sholat Iedul Fihtri rahimakumullah

Pertama -tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, Mengapa kita harus bersyukur, karena banyak sekali kreasi, prestasi dan reputasi yang kita perbuat, semua ini tidak lain adalah semata-mata merupakan pertolongan dari Allah swt.

Kedua kalinya dan shalawat serta salam terucap untuk baginda Nabi Muhammad saw sebagai pembawa risalah yang menunjukkan antara yang haq dan yang bathil.

Ketiga kalinya khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri khususnya dan berwasiat kepada hadirin yang hadir pada umumnya, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah dengan cara menjalankan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah, diharapkan dengan jalan taqwa tersebut dapat membawa kita kepada kebahagiaan yang abadi. Amin ya rabbal ‘alamin.

 

Jama’ah Sholat Iedul Fihtri rahimakumullah

Kalau kita mau merenung sejenak maka kita akan mendapati diri kita ini adalah termasuk orang-orang yang pandai meminta tetapi tidak pandai untuk bersyukur, hampir setiap kita selesai melaksanakan sholat kita berdo’a memohon agar keidupan ini di jadikan menjadi kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat tetapi kita tidak pernah prihatin dengan cara kita memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepada kita.

Imam Ghazali pernah menyebutkan dalam kitabnya minhajul abidin bahwa orang yang bersyukur adalah bagaikan orang yang memberi makanan kepada hewan (burung) piaraan dalam sangkar, jika hewan tersebut diberi makan yang cukup dan di beri jodoh maka hewan tersebut akan bertambah banyak, paling tidak mungkin demikianlah pesan yang dapat diambil dari al-Qur’an yang berbunyi :

 

فمن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله غني حميـد

 

Barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sama halnya ia bersyukur kepada dirinya dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah maha kaya ( Qs. Luqman (32)  : 12)

 

Dari ayat di atas betapa manusia teramat dhalim terhadap drinya sendiri dimana ia menghabiskan nikmat tetapi tidak mau bersyukur kepada sang pemberi nikmat. Sepintas yang seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi yang disebutkan dalam kita Nuru adh-dhalam adalahs ebagai berikut :

الشكر هو تصرف العبد بما أنعم به

  Menggunakan nikmat yang telah diberikan kepada kita atas dasar yang dikehendaki oleh yang memberi  nikmat

 

Jama’ah Sholat Iedul Fihtri rahimakumullah

Syukur artinya : membuka atau menampakkan. Kebalikannya adalah kafir artinya menyembunyikan atau menutupi.

Ada 4 makna syukur [1] : pertama, pujian karena adanya kebaikan yang dperoleh, rasa ridho dan puas dengan sedikit sekalipun. Kedua, penuh dan lebat. Ketiga, sesuatu yang tumbh di tangkai pohon pernikahan atau alat kelamin, karena pernikahan akan lahir anak-anak. Jadi hakekat syukur adalah  menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya; sekaligus menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.

Dari definisi di atas, berarti kita harus mendistribusikan segala bentuk pemberian untuk mencari ridha-Nya semata-mata. Itulah inti dari tata cara bersyukur, jika kita dikarunia kedamaian maka kita upayakan perdamaian tersebut, kita diberi kemampuan untuk menolong orang lain maka hendaknya kita tolong orang tersebut dan seterusnya. Bagi orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat Allah maka menyebabkan terjerembab ke dalam jurang keserakahan, malah menanamkan kebencian beru dalam perjalanan hidupnya, karena orang yang tidak bisa bersyukur akan terus-menerus merasa kekurangan dan kekurangan membuat keresahan dalam hati, keresahan akan membuahkan ketersiksaan, dan berlanjut tidak adanya kepuasan dengan apa yang diperoleh, dari sini manusia mulai kehilangan keseimbangan kontrol kepada dirinya, dan jika demikian ini berlanjut, maka akan menyebabkan kerusakan dan perusakan termasuk kerusakan moral. Pada kesimpulan akhirnya orang yang tidak pandai bersyukur dapat merusak moral itu sendiri dan akan muncul sifat serakah  dalam dirinya.

 

Jama’ah Sholat Iedul Fihtri rahimakumullah

Orang yang mendapatkan nikmat tetapi tidak pandai bersyukur akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, dan masyarakat sekitarnya. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang demikian, amin ya rabbal ‘alamin.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang itu terjerumus ke dalam keserakan dan kehilangan ketenangan bathin dalam menjalani kehidupan ini.

Pertama, ibadah yang dilakukan tidak seimbang dengan waktu yang dipakai untuk beribadah kepada Allah,  sehingga kreasi yang tercipta selalu menjadi bahan untuk bermegah-megahan kepada manusia yang lain, dan tanpa disadari sedikit-demi sedikit akan menimbulkan antipati dari masyarakat lain karena kesombongan dan keberhasilannya itu. Perasaan yang demikian akhirnya akan menimbulkan keresahan sifat egois, dan tidak manusiawi dalam memperlakukan orang lain, jika telah tertanam ketidakadilan maka orang yang demikian ini akan berakibat perpecahan dan keretakan jalinan hubungan sosial dalam sebuah masyarakat.

Kedua, pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan sedekah dikeluarkan, dalam kondisi yang demikian ini, semakin banyak nikmat yang diperoleh semakin kikir pula terhadap tetangga, dan semakin banyak harta yang yang didapat maka semakin sombong pula suasana ruang bathinnya, karena dia menyangka bahwa itu hanyalah semata-mata dari hasil rekayasanya sendiri, orang yang seprti ini tidak pernah mengira kalau keberhasilan yang ia capai ada campur tangan dari karunia Allah swt, dan melalui tangannya rizki orang-orang tak mampu dilewatkan melalui usahanya itu. Ia akan haus dan selalu berburu harta dalam hidupnya tanpa memperdulikan tetangga yang merengek-rengek minta dikasihani dan serba kekurangan dalam kesehariannya. Anjuran agama untuk menolong orang lain tidak pernah hinggap dalam pendengaran meraka. telinga tidak mempunyai fungsi untuk mendengarkan nasehat keagamaan.

Ketiga, bertambahnya ilmu tidak diiringi dengan bertambahnya kasih sayang terhadap sesama, akibatnya semakin banyak kemampuan yang didapat, maka semakin pandai pula dalam berbuat culas, curang, dan menipu terhadap orang-orang yang tingkat keilmuannya masih dibawah level-nya, dengan kepandaiannya semakin lincah mempermainkan hukum, dengan kepandaiannya, semakin pandai pula cara memakan harta orang lain, tetangga atau negara. Hal ini, terbukti dengan munculnya sederet nama-nama koruptor ulung di negara kita ini, bukan dari kalangan orang-orang yang bodoh, tetapi mereka muncul dari orang-orang yang benar-benar memahami peta perpolitikan dan peta perekonomian bangsa, sehingga rakyat menjerit dan meronta untuk berunjuk rasa agar mereka diberi hukuman yang setimpal dengan kesalahan yang mereka perbuat.

Tetapi acap kali kepandaiannya itu dipakai untuk melepaskan diri dari jeratan hukum yang akan menimpanya.

 

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ.

 

Artinya:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al A’raf: 179)

 

Karakter orang yang serakah selalu merasa kurang dengan apa yang diberikan oleh Allah dari hasil usahanya dan disertai dengan perasaan menuntut kepada sang pemberi nikmat ia tidak pernah puas dengan hasil usahanya dan dalam pikirannya tidak ada perasaan qana’ah sama sekali, jiwa yang demikian ini bagaikan banjir yang tidak pernah puas dengan kiriman airnya, bagaikann api yang tidak pernah puas dengan kayu bakarnya dan bagaikan matahari yang tidak pernah puas dengan sinarnya. Karena memang pada dasarnya keserakahan adalah tumbuh dari ‘hati’ yang sakit.

 

Jama’ah Sholat Iedul Fihtri rahimakumullah

Keinginan ‘ini’ dan ‘itu’ hendaknya dijadikan sebagai motivasi saja, tidak harus dijadikan sebagai hasil seutuhnya. Tidak ada salahnya menggantungkan harapan setinggi langit, tetapi harus selalu dalam kesadaran penuh bahwa manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan mempunyai tanggung jawab untuk memlihara terciptanya keserasian dalam hidupa ini, tidaklah karena cita-cita kemudian harus ada yang dikorbankan sungguh biadab jika yang terjadi adalah demikian.

Dari mimbar yang suci ini khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan kepada segenap lapisan masyarakat marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah ini.

Rasa aman adalah bagian dari nikmat, lihatlah saudara muslim kita di Palestina, di Suriah, mereka menderita secara fisik dan mental. Kita di sini bebas beribadah tanpa gangguan dari siapapun.

Rasa sehat, yang kita nikmati bagian dari karunia Allah, betapa banyak saudara-saudara kita yang masih terbaring di rumah sakit. Maka jangan sia-siakan nikmat ini. Marilah kita meningkatkan diri untuk menjadi muslim yang berkualitas dan berkarakter.

 

Manfaat Bersyukur

Jika dilihat dari perspektif psikologi orang mengeluh adalah sebagai pertanda bahwa orang yang bersangkutan sedang menderita sakit. Orang yang banyak mengeluh, suka menghujat, meratapi nasibnya, mereka itu adalah terkena gangguan mental. Sebaliknya, orang yang banyak bersyukur adalah pertanda yang bersangkutan sedang dalam keadaan sehat. Karena itulah Islam, menganjurkan agar selalu bersyukur, karena orang yang bisa bersyukur hanyalah bisa dilakukan oleh orang yang sehat ruhaninya.

Orang yang mampu bersyukur ternyata memang tidak banyak jumlahnya. Al Qur’an menjelaskan dalam surat Saba’ ayat 13 yang arti nya……….dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih (Qs. Saba’ : 13)

Orang yang berkedudukan tinggi, berpangkat, dan memiliki kekayaan dan fasilitas hidup yang melimpah belum tentu berhasil mensyukuri apa yang telah dimilikinya. Juga tidak menjamin bahwa orang yang berpendidikan tinggi lebih pintar bersyukur daripada mereka yang berpendidikan rendah. Pandai bersyukur tidak selalu dimiliki oleh mereka yang berhasil menumpuk harta dan mereka yang berpendidikan tinggi, bahkan anehnya justru sebaliknya. Orang yang hanya memiliki beberapa lembar kain, tempat tinggal sederhana dan persediaan makanan yang jumlahnya terbatas, justru mereka bisa bersyukur.

Orang yang pandai bersyukur tidak selalu didominasi oleh mereka yang bertempat tinggal di rumah mewah, atau bergelar dan berjabatan tinggi. Orang yang bersyukur bisa jadi sedang menempati rumah sederhana, kamar kecil dan tidur dengan alas an seadanya. Bersyukur bukan pekerjaan yang mudah. Dikatakan dalam kitab suci al Qur’an hanya sedikit orang yang bisa bersyukur, qolilum minasyakirien. Orang yang pandai bersyukur adalah orang-orang yang dipandang mulia di hadapan Allah. Untuk meraihnya tidak ada lembaga pendidikan yang mampu melatihnya. Tidak ada lembaga pendidikan yang menjanjikan para lulusannya akan menjadi orang yang pandai bersyukur.

Banyak orang telah membaca ayat al Qur’an tentang faedah bersyukur. Bahwa hanya orang-orang yang mampu bersyukur sajalah yang akan ditambah nikmatnya dan bahkan bagi mereka yang kufur nikmat, diancam oleh Allah dengan adzab yang pedih. Bangsa Indonesia ini ditakdirkan oleh Allah hidup di bumi yang sangat indah. Tanahnya subur, berbukit dan bergunung-gunung, lautan dan samudra yang luas, aneka tambang apa saja tersedia di bumi nusantara ini. Tetapi, nikmat ini seringkali terlupakan. Tatkala sedang berada dan berpijak di bumi yang indah ini, justru melihat keindahan negeri lain. Maka dipujilah negeri lain, dan sebaliknya, dilihat sebelah mata negeri sendiri yang sesungguhnya indah ini.

Akhir-akhir ini terasa sekali. Orang bersyukur semakin langka. Suara-suara mengeluh, menyesal dan menyalahkan pihak-pihak lain selalu menghiasi kehidupan sehari-hari. Akibatnya kehidupan, lingkungan, dan nikmat yang banyak, masih dirasa terbatas, atau sedikit. Perasaan seperti itu menjadikan malas untuk berbagi dengan sesama. Bahkan apa saja menjadi diperebutkan. Siapa yang kuat, merekalah yang menang. Kehidupan manusia, akhirnya bagaikan kehidupan binatang. Tidak mempeduli yang lain. Melihat orang lain yang menderita karena kekurangan, sudah tidak melahirkan perasaan apa-apa, apalagi tumbuh niat membantu. Kehidupan manusia menyerupai kehidupan laba-laba, sejak keluar dari telur induknya sudah berebut dan saling memusnahkan. Yang lain dianggap membahayakan, karena akan mengurangi bagian yang seharausnya akan diterima dan dikuasainya sendiri. Ini terjadi, karena miskin rasa syukur itu. Padahal dengan mengembangkan sifat kufur nikmat itu, justru kehidupan semakin terasa sesak dan apa saja yang diperoleh menjadi tidak bermakna.

Ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih. Bersyukur, selain menyehatkan jiwa-raga,  juga mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia.

Sikap berterima kasih atau bersyukur mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia. Inilah kesimpulan S.B. Alqoe dkk. asal University of Virginia, Amerika Serikat (AS). Hasil penelitiannya dimuat di jurnal ilmiah Emotion, edisi Juni 2008 dengan judul “Beyond reciprocity: gratitude and relationships in everyday life” (Lebih dari sekedar hubungan timbal balik: sikap bersyukur dan persahabatan dalam hidup keseharian).

Dalam karya ilmiah itu para ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih yang muncul secara alamiah dalam perkumpulan mahasiswa di perguruan tinggi selama acara “pekan pemberian hadiah” dari anggota lama kepada anggota baru. Para anggota baru mencatat tanggapan atas manfaat yang mereka dapatkan selama pekan tersebut.

Di akhir pekan itu, dan satu bulan kemudian, anggota lama dan anggota baru menilai keadaan persahabatan dan hubungan di antara mereka. Kesimpulannya, rasa terima kasih atas pemberian hadiah berpeluang memicu terbentuknya dan terpeliharanya persahabatan di antara mereka.

 

Aneka manfaat syukur

Selain jalinan persahabatan yang baik, sikap bersyukur kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya manfaat kesehatan jasmani, ruhani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Tidak heran jika “gratitude research” atau “penelitian tentang sikap bersyukur” menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan abad ke-21 ini.

Profesor psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian “sikap bersyukur”, telah memperlihatkan bahwa dengan setiap hari mencatat rasa syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik.

Di tahun-tahun berikutnya, profesor Emmons melakukan aneka penelitian yang melibatkan beragam kondisi manusia, termasuk pasien penerima organ cangkok, orang dewasa yang menderita penyakit otot-saraf dan murid kelas lima SD yang sehat. Di semua kelompok manusia ini, hasilnya sama: orang yang memiliki catatan harian tentang ungkapan rasa syukurnya mengalami perbaikan kualitas hidupnya.

Dibandingkan dengan mereka yang suka berkeluh kesah setiap hari, orang yang mencatat daftar alasan yang membuat mereka berterima kasih juga merasa bersikap lebih menyayangi, memaafkan, gembira, bersemangat dan berpengharapan baik mengenai masa depan mereka. Di samping itu, keluarga dan rekan mereka melaporkan bahwa kalangan yang bersyukur tersebut tampak lebih bahagia dan lebih menyenangkan ketika bergaul.

Diantara manfaat ini adalah  lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit badan, merasa hidupnya secara keseluruhan lebih baik, dan berpengharapan lebih baik di minggu mendatang. Manfaat lain sikap berterima kasih tampak pada keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita. Dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sebaliknya, mereka yang senantiasa memiliki daftar ungkapan rasa syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-cita mereka. Cita-cita ini dapat berupa prestasi akademis, hubungan antar-sesama dan kondisi kesehatan.

Penelitian lain dilakukan dengan melatih pembiasaan sikap bersyukur setiap hari pada diri sendiri. Kondisi positif seperti: waspada, bersemangat, tabah, penuh perhatian, dan daya hidup pada orang muda dewasa meningkat akibat pembiasaan sikap bersyukur. Perbaikan kondisi sebaik ini tidak dijumpai pada orang yang dilatih bersikap menggerutu atau pada orang yang menganggap dirinya lebih sejahtera dibanding orang lain.

اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعَ مَنْ يَفْجُرُكَ.

اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.

اَللَّهُمَّ أهْزِمْهُمْ ودَمِّرْهُمْ، وَمَـزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِي تَدْبِيْرِهِمْ.

 اَللَّهُمَّ أهْزِمْ جُيُوْشَ الكُفَّارَ المُسْتَعْمِرِيْنَ، أَمْرِيْكَا وَبِرِيْطَانِيَا وَحُلَفَاءِهَا المَلْعُوْنِيْنَ.

 

Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu, meminta ampunan-Mu. Sekali-kali kami tidak akan mengkufuri-Mu. Kami sepenuhnya iman kepada-Mu, dan berlepas diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu.

Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi, beribadah dan sujud. Kepada-Mulah kami berlari dan menuju. Kami mendambakan rahmat-Mu, dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu yang sungguh-sungguh ditimpakan kepada kaum Kufar itu juga pasti akan ditimpakan kepada yang lain.

Ya Allah, adzablah orang-orang Kafir yang telah menghalangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan membunuhi para pembela-Mu.

Ya Allah, kalahkanlah mereka, hancurkanlah mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, dan porak-porandakanlah kesatuan mereka. Jadikanlah rencana jahat mereka itu sebagai pembawa kehancuran mereka.

Ya Allah, kalahkanlah pasukan kaum Kufar penjajah, Amerika, Inggeris dan sekutu mereka yang terlaknat.

 

اَللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُعْطِي المُلْكَ مَنْ تَشَاءُ، وَتَنْزِعُ المُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةَ الرَّاشِدَةَ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، تُعِزُّ بِهَا دِيْنَكَ وَتُذِلُّ بِهَا الكُفْرَ وَطُغْيَانَهُ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا وَانْصُرْ إِخْوَانَنَا وَانْصُرْ مَنْ يَنْصُرُنَا وَاجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنَ الْعَامِلِيْنَ المُخْلِصِيْنَ لإقَامَةِ شَرِيْعَتِكَ وَالخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ.

 

Ya Allah, Maha Raja diraja, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, Engkau ambil kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapasaja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinadinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di dalam genggaman-Mulah seluruh kebaikan. Karena Engkaulah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu negara Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengannya Engkau muliakan agama-Mu, dan Engkau hinakan kekufuran dan seluruh anteknya.

Ya Allah, tolonglah kami; tolonglah saudara-saudara kami; tolonglah siapasaja yang menolong kami. Jadikanlah kami dan mereka sebagai para pejuang yang ikhlas untuk menegakkan syariah-Mu, dan Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengan rahmat-Mu, duhai Dzat yang Maha Pengasih, duhai Sebaik-baik Penolong.

 

وصَلِّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، وَأَخِيْرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

 

Modo, 23 Juni 2016, 00.10

2
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Jadikan Perkaderan Sebagai Budaya Organisasi

Next Post

PDM Lamongan : Pondasi Kehidupan Dibangun Dengan Hadirkan Allah Dalam Diri Kita

Read next
0
Share