MuhammadiyahLamongan.com – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Islam Tenggulun, Solokuro, Muhammad Chozin menyampaikan bahwa dakwah Muhammadiyah dalam perjalanannya pernah bersentuhan dengan politik, dibuktikan pernah menjadi “anggota istimewa” partai Islam Masyumi. Namun, sayang sekali “persatuan” Ummat Islam di zaman orde lama ini “terpecah” kembali, dengan dibubarkannya Masyumi oleh Presiden Soekarno, pada tahun 1960. Namun demikian, Muhammadiyah mampu menjaga identitas diri tidak larut dalam perpolitikan saat itu.
Gambaran ini disampaikan dalam forum Pelatihan Peningkatan Kualitas Muballigh (PKM) Muhammadiyah, 24/3/2018, berlangsung di Gedung SMP Muhammadiyah 5 Karanggeneng.
Lebih lanjut, Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini juga menguraikan bahwa peran politik di era Orde Baru. AR Fahrudin Ketua PP Muhammadiyah mampu membawa Muhammadiyah sebagai penyeimbang dan mengawal dakwah Muhammadiyah. Dengan sikap santun dan lembut. Berkat kepiawaian ketua terlama itu gerakan Muhamamdiyah eksis tanpa berkonfrontasi dengan penguasa, Presiden Soeharto.
“Di zaman apapun Muhamamdiyah berada, persyarikatan kita mampu membawa diri. Tidak ada istilah aji mumpung, tapi tahu diri”, tutur Anggota tabligh terlama di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan ini.
Chozin berpesan kepada para kader yang berkarier di politik, hendaknya bisa membawa diri jangan sampai tergiur dengan kekuasaan semata, tanpa mengindahkan norma agama.
PKM yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, diikuti 105 peserta, memasuki gelombang VI, yang meliputi Karanggeneng, Kalitengah, Sukodadi dan Turi. (Mohamad Su’ud)