Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

PUASA, TERAPI DIRI PALING EFEKTIF

GhozaliOleh    : M Syukri Ghozali

Selama ini sebagian besar masyarakat memandang kata”Sehat” hanya berdasar kondisi fisik yang bebas dari penyakit dengan kata lain sehat apabila tidak ada rasa sakit kepala, pegal, mual, dan gangguan fisik lainnya. Itulah yang disebut sehat.

Adapun definisi sehat menurutWHO adalah “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of desease or infirmity”. Sehat adalah sebuah pemahaman tentang kesempurnaan fisik, mental, kehidupan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya  penyakit atau kelemahan tubuh.

Jika merujuk “Sehat” yang dimaksud WHO, sehat yang dimaksud tidak hanya sekedar ranah fisik, melainkan jiwanya pun tidak ada gangguan, bahkan secara sosial pun ia sehat.

Lihatlah ketika kita marah, kira-kira apa yang terjadi pada detak jantung? Berdebar lebih kencangkah? Lalu, bagaimana kondisi jantung orang yang sepanjang hidupnya adalah pemarah? Mungkinkah ia terserang penyakit darah tinggi karena secara terus-menerus jantungnya berdetak kencang? Bahkan kondisi stress menahun bisa menurunkan system imun dalam tubuh kita. Oleh karena itu kualitas fisik sesungguhnya ditentukan oleh kualitas jiwa.

Begitu juga dalam kehidupan sosial, gaya hidup (life style) yang tidak mau berbagi terhadap sesame bisa mencetak obesitas, banyak penyakit yang timbul khususnya bagi si miskin, sepertiTBC, malnutrisi, rabies demam dengue, muntaber, ISPA dan lain-lain semua itu diakibatkan kurang empatinya antara sesama ummat manusia. Tinggal menunggu waktu kalau penyakit-penyakit itu dibiarkan boleh jadi akan menjadi wabah terhadap lingkungan kita.

Belum lagi berbagai penyakit sosial lainnya seperti Perampokan, kriminalisasi, pembunuhan semua itu akibat kehidupan sosial yang tidak sehat. Lalu terapi apa yang paling efektif yang ditawarkan dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebagai solusi dari semua itu?…

Terapi Fisik

 Salah satu penyakit yang popular dalam kehidupan modern ini adalah obesitas. Ketika sudah berada pada kondisi ini, bersiaplah untuk terserang berbagai macam penyakit jika tidak ditangani dengan serius dari sekarang.

Jika kita perhatikan saluran cerna yang telah Allah anugerahkan kepada manusia, sebenarnya begitu banyak hal yang luar biasa yang terjadi didalamnya. Mulai dari proses mengunyah dimulut  hingga dibuang dalam bentuk feses. Kalau usus manusia dianalogkan sebuah pipa idealnya sisa pencernaan mestinya dibuang, akan tetapi memungkinkankah apabila ada beberapa sisa pencernaan yang mengendap didinding usus? Sama layaknya seperti plak-plak kotor pada pipa. Dan jawabanya sangat memungkinkan karena makanan zaman sekarang sangat banyak mengandung zat kimia, makanan cenderung bersifat sintetik, pemanis buatan, aspartam, MSG, pewarna buatan dan lain sebagainya, dan zat-zat itu didalam tubuh sifatnya adalah RACUN, akibatnya  bisa sakit kepala, depresi, cepat lelah. Lambung kita tidak pernah istirahat bahkan terkadang sibuk bekerja lembur hingga larut malam, akibatnya malam pun makan lagi. Lalu kapan usus istirahat?.

Disini peran puasa yang berdampak positif adalah   mengistirahat usus untuk bekerja sehingga terjadi peremajaan sel atau dalam kaidah medis tubuh melakukan self recovery, yang lebih dahsyat dari obat-obatan kimiawi. Sesuai dengan firman Allah dalam QS.Al- Baqorah: 184.

 

Terapi Emosi

Ternyata dimensi yang sudah kita ketahui bersama tetapi masih sulit untuk kita kendalikan adalah sifat iridengki, emosi, serakah, marah dan sebagainya  yang kita kendalikan secara penuh selama sebulan penuh. Jadi betapa luar biasanya seseorang mampu melatih emosinya, tentunya ia menjadi luar biasa dari sebelumnya.

Terapi Sosial

Puasa termasuk ibadah sosial karena manusia adalah mahluk social Dengan puasa kita merasakan bagaimana rasanya orang yang kelaparan dan serba kekurangan jika setiap harinya makan saja tidak bisa, sehingga timbul kepekaan sosial.

Allah SWT berfirman dalam QS Al- Hadid : 7.  Perintah infakkanlah sebagaian dari harta kita dijalan Allah akan memperoleh pahala yang besar.

Rasa haus, rasa lapar yang kita rasakan saat puasa pun ternyata menimbulkan empati terhadap sesama. Subhanallah. Demikianlah makna Puasa sebagai Therapi Diri Yang Efektif dan Dahsyat. Shumuu Tashihhu, Berpuasalah Niscaya Kamu akan Sehat.

*Penulis adalah Pengurus DPD PPNI KAB LAMONGAN  dan Bekerja sebagai perawat ahli ginjal  Unit Hemodialisis RS Muhammadiyah Lamongan.

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Gairahkan Dakwah Kalangan Muda, PDPM Lamongan Gelar Kajian Ramadhan

Next Post

Drs. Ghufron, M.Ag : Wajibkan Dzuhur Berjamaah Merupakan Ajakan Luhur

Read next
0
Share