Muhammadiyah Lamongan Berkemajuan

Soal Halal Bi Halal dalam Muhammadiyah, Ini Penjelasan Ketua PW Muhammadiyah Jatim

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Saad Ibrahim.

Muhammadiyahlamongan.com-Setelah hari lebaran Idul Fitri biasanya kaum muslim di Indonesia sering mengadakan acara Halal Bi Halal.

Halal bi Halal merupakan kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang ini.

Setidaknya tradisi tersebut mendapat respon yang baik dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Saad Ibrahim.

“Halal bil halal dalam istilah islam kata bakunya silaturahim, belakangan  muncul hanya ada di Indonesia,” katanya dalam acara Halal bil halal Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sekaran, Sabtu (23/6) siang

Menurutnya, Allah tidak akan menyusahkan hambanya, bagi mereka yang senang menyambung silaturahim.

“Maka pertemuan kita kali ini bagian dari yang di sunahkan,” ujarnya pada peserta kegiatan ini di SMK Muhammadiyah 12 Sekaran.

Saad Ibrahim juga  menjelaskan, dalam bahasa sila itu menyambung juga berarti memberikan jaminan, memberikan proteksi, dan membantu.

“Sedangkan rahim atau jamaknya kandungan, digunakan pada waktu itu sebagai simbol atau gender dalam konteks perempuan. Pasalnya, karena hanya perempuanlah yang punya rahim” ungkapnya.

Lebih lanjut, Saad Ibrahim menjelaskan istilah silaturahim pada awalnya digunakan untuk satu tindakan yang fair atau adil.

Saat masyarakat arab yang patrilinial lebih berpihak pada garis keturunan laki-laki dari pada garis perempuan.

“Tradisi jahiliyah lebih mementingkan garis suami dari pada keluarga istri,”katanya.

Saad Ibrahim menambahkan, hal itu sebuah ketidak-adilan lalu munculah keseimbangan sehingga digukan istilah silaturahim dalam konteks memberikan keadilan.

“Supaya imbang antara garis penyambungan dari garus keturunan bapak dan ibu,” katanya.

Namun saat ini kata dia, silaturahim digunakan lebih luas lagi untuk pertemuan-pertemuan, sambung rasa antara satu pihak dengan pihak yang lain.

“Antara pemimpin dan yang dipimpin dalam kontek yang lemah mendapat perlindungan, pendek kata ini harus kita junjung tinggi dalam Muhammadiyah,” jelasnya.

Sedangkan dia juga menjelaskan, Muhammadiyah memaknai silaturahim dalam kontek membangun peradaban.

“Seperti pada Abad ke-3 silaturahum dimaknai dalam kontek menyambung perdaban yunani dan islam agar lebih maju,” paparnya.

Saat Ibrahim berharap, pertemuan kali ini kita gunakan untuk menyambung kebersamaan dalam konteks membangun peradaban.

“Mari bersama kita bangun untuk kemajuan Muhammadiyah, untuk kemajuan umat, untuk kemajuan bangsa, dan untuk kemajuan kemanusian,”pungkasnya. (rus)

0
Share this article
Shareable URL
Prev Post

Sebening Namanya, Siswa SD Muhammadiyah 1 Ngimbang Juara di Kampung Ramadhan JTV

Next Post

Din Syamsudin: Jangan Salah Faham dengan Muhammadiyah

Read next
0
Share